Sejarah Kemerdekan Indonesia

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ditunaikan pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 tahun Masehi, atau tanggal 17 Agustus 2605 menurut th. Jepang, yang dibacakan oleh Soekarno dengan didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta bertempat di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.

Pintu Aluminium Tigaraksa Kabupaten Tangerang | Pintu Aluminium 0813-1015-7660Latar belakang
Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang menjadi turunkan ethical stimulan tentara Jepang di semua dunia. Sehari lantas Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau “Dokuritsu Junbi Cosakai”, berubah nama jadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut termasuk Dokuritsu Junbi Inkai di dalam bahasa Jepang, untuk lebih memastikan permohonan dan obyek mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom ke dua dijatuhkan di atas Nagasaki supaya memicu Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
Pengibaran bendera terhadap 17 Agustus 1945.

Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bersua Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan dapat menambahkan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir udah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.

Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang lewat Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang dapat segera memberi tambahan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan mampu dilakukan di dalam lebih dari satu hari, berdasarkan tim PPKI. Meskipun demikianlah Jepang ingin kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.

Dua hari kemudian, pas Soekarno, Hatta dan Radjiman lagi ke tanah air berasal dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak sehingga Soekarno langsung memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, dikarenakan Jepang sudah menyerah kepada Sekutu dan demi jauhi perpecahan didalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir berkenaan hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang udah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI pas itu mampu mengundang pertumpahan darah yang besar, dan mampu berakibat fatal terkecuali para pejuang Indonesia belum siap.

Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan gara-gara itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir berpikiran PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI cuma merupakan ‘hadiah’ dari Jepang (sic).

Dikibarkannya bendera Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang secara formal menyerah kepada Sekutu di kapal USS Missouri. Tentara dan Angkatan Laut Jepang tetap berkuasa di Indonesia dikarenakan Jepang berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk langsung memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Namun golongan tua tidak menginginkan terburu-buru. Mereka tidak dambakan terjadinya pertumpahan darah terhadap selagi proklamasi. Konsultasi pun dikerjakan dalam wujud rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka inginkan kemerdekaan atas bisnis bangsa kita sendiri, bukan pertolongan Jepang.

Soekarno dan Hatta mengunjungi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor berikut kosong.

Soekarno dan Hatta dengan Soebardjo sesudah itu ke kantor Bukanfu, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyongsong kedatangan mereka bersama ucapan selamat atas kesuksesan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta tetap menanti instruksi dari Tokyo. Sepulang berasal dari Maeda, Soekarno dan Hatta langsung menyiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) terhadap pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 fungsi mengupas segala suatu hal yang berhubungan bersama dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.

Sehari kemudian, gejolak tekanan yang berharap pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin lama memuncak dilancarkan para pemuda dari lebih dari satu golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dijalankan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta BPUPKI Dalam perjalanan histori menuju kemerdekaan Indonesia, dr. Radjiman adalah salah satu orang yang terlibat secara akif didalam kancah perjuangan berbangsa di awali dari timbulnya Boedi Utomo hingga pembentukan BPUPKI. Manuvernya di waktu memimpin Budi Utomo yang mengusulkan pembentukan milisi rakyat disetiap area di Indonesia (kesadaran memiliki tentara rakyat) dijawab Belanda bersama kompensasi membentuk Volksraad dan dr. Radjiman masuk di dalamnya sebagai wakil dari Boedi Utomo.

Pada sidang BPUPKI terhadap 29 Mei 1945, ia mengajukan pertanyaan “apa dasar negara Indonesia kalau kelak merdeka?” Pertanyaan ini dijawab oleh Bung Karno bersama dengan Pancasila. Jawaban dan gambaran Bung Karno berkenaan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia ini kemudian ditulis oleh Radjiman selaku ketua BPUPKI didalam sebuah pengantar penerbitan buku Pancasila yang pertama tahun 1948 di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi. Terbongkarnya dokumen yang berada di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi ini menjadi temuan baru dalam sejarah Indonesia yang memaparkan ulang fakta bahwa Soekarno adalah Bapak Bangsa pencetus Pancasila.

Pada tanggal 9 Agustus 1945 ia membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Saigon dan Da Lat untuk menemui pimpinan tentara Jepang untuk Asia Timur Raya perihal bersama dengan pengeboman Hiroshima dan Nagasaki yang memicu Jepang berencana menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, yang dapat menciptakan kekosongan kekuasaan di Indonesia. tidak paham udah berjalan moment Rengasdengklok.

Peristiwa Rengasdengklok
Para pemuda pejuang, terhitung Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana terbakar gelora kepahlawanannya sehabis berdiskusi dengan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran. Pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945, mereka bersama dengan Shodanco Singgih, tidak benar seorang bagian PETA, dan pemuda lain, mereka mempunyai Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian kondang sebagai momen Rengasdengklok. Tujuannya adalah sehingga Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak tergoda oleh Jepang. Di sini, mereka lagi memastikan Soekarno bahwa Jepang udah menyerah dan para pejuang sudah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya.

Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo laksanakan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta lagi ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil memastikan para pemuda untuk tidak terburu – buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang kerumah masing-masing.

Mengingat bahwa hotel Des Indes (sekarang kompleks pertokoan di Harmoni) tidak mampu digunakan untuk pertemuan setelah pukul 10 malam, maka tawaran Laksamana Muda Maeda untuk mengfungsikan rumahnya (sekarang gedung museum perumusan teks proklamasi) sebagai area rapat PPKI di terima oleh para tokoh Indonesia.

Pertemuan Soekarno/Hatta bersama dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Laksamana Muda Maeda
Malam harinya, Soekarno dan Hatta lagi ke Jakarta. Mayor Jenderal Moichiro Yamamoto, Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia Belanda tidak rela menerima Sukarno-Hatta yang diantar oleh Tadashi Maeda dan memerintahkan sehingga Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut. Nishimura menyampaikan bahwa sejak siang hari tanggal 16 Agustus 1945 sudah diterima perintah dari Tokyo bahwa Jepang perlu merawat standing quo, tidak bisa memberi izin untuk buat persiapan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana udah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam.

Soekarno dan Hatta menyesali ketetapan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya Sukarno-Hatta berharap sehingga Nishimura jangan membatasi kerja PPKI, kemungkinan bersama langkah pura-pura tidak tau. Melihat pembicaraan yang panas itu Maeda bersama diam-diam meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura sehingga Maeda mematuhi perintah Tokyo dan dia paham sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di daerah Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.

Setelah dari tempat tinggal Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah Laksamana Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myoshi manfaat laksanakan rapat untuk buat persiapan teks Proklamasi. Setelah beri salam Sukarno-Hatta yang ditinggalkan berdebat dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi dikerjakan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah, Sudiro (Mbah) dan Sayuti Melik.

Myoshi yang setengah mabuk duduk di kursi belakang mendengarkan penyusunan teks selanjutnya tetapi lantas ada kalimat berasal dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan teks proklamasi dan menyarankan sehingga pindahan kekuasaan itu cuma berarti kekuasaan administratif. Tentang perihal ini Bung Karno meyakinkan bahwa pemindahan kekuasaan itu berarti “transfer of power”. Bung Hatta, Subardjo, B.M Diah, Sukarni, Sudiro dan Sajuti Malik tidak ada yang membetulkan klaim Nishijima tapi di sebagian kalangan klaim Nishijima masih didengungkan.

Setelah rancangan selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut mengfungsikan mesin ketik yang diambil alih dari kantor perwakilan AL Jerman, milik Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler. Pada awalannya pembacaan proklamasi bakal dilakukan di Lapangan Ikada, tapi berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 (sekarang Jl. Proklamasi no. 1).

Detik-detik pembacaan naskah proklamasi
Perundingan pada golongan muda dan golongan tua di dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia terjadi pukul 02.00 – 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di area makan laksamana Tadashi Maeda Jln Imam Bonjol No 1. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di area depan, hadir B.M Diah, Sayuti Melik, Sukarni, dan Soediro. Sukarni mengusulkan sehingga yang diberi tanda tangan teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia.

Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti Melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah ada pada lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara diawali terhadap pukul 10.00 bersama pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang sudah dijahit oleh Ibu Fatmawati, dikibarkan, disusul bersama dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta kala itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.

Pada mulanya Trimurti diminta untuk meningkatkan bendera namun ia menampik dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk tugas tersebut. Seorang pemudi terlihat berasal dari belakang membawa nampan memuat bendera Merah Putih (Sang Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati lebih dari satu hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sampai pas ini, bendera pusaka selanjutnya tetap disimpan di Istana Merdeka.

Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota Barisan Pelopor yang dipimpin S.Brata datang terburu-buru dikarenakan mereka tidak menyadari perubahan tempat mendadak berasal dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno ulangilah pembacaan Proklamasi, tetapi ditolak. Akhirnya Hatta menambahkan amanat singkat kepada mereka.

Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menyita keputusan, mengesahkan dan memutuskan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai UUD 45. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang bersifat Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dijalankan seutuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang dapat dibentuk kemudian.

Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari Oto Iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden bakal dibantu oleh sebuah Komite Nasional.

Isi teks proklamasi
Teks naskah Proklamasi Klad adalah asli merupakan postingan tangan sendiri oleh Ir. Soekarno sebagai pencatat, dan adalah merupakan hasil gubahan (karangan) oleh Drs. Mohammad Hatta dan Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo.

Adapun yang merumuskan proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia terdiri dari Tadashi Maeda, Tomegoro Yoshizumi, S. Nishijima, S. Miyoshi, Mohammad Hatta, Soekarno, dan Achmad Soebardjo.

Para pemuda yang berada di luar meminta sehingga teks proklamasi bunyinya keras. Namun Jepang tak mengizinkan. Beberapa kata yang dituntut adalah “penyerahan”, “dikasihkan”, diserahkan”, atau “merebut”. Akhirnya yang dipilih adalah “pemindahan kekuasaan”. Setelah dirumuskan dan dibacakan di rumah orang Jepang, isikan proklamasi pun disiarkan di radio Jepang.

Berikut mengisi proklamasi tersebut:
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal2 jang mengenai pindahan kekoeasaan d.l.l., diadakan bersama tjara saksama dan di dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, 17 – 8 – ’05
Wakil2 bangsa Indonesia.

Naskah Proklamasi Klad ini ditinggal begitu saja dan lebih-lebih sempat masuk ke area sampah di tempat tinggal Laksamana Muda Tadashi Maeda. B.M. Diah menyelamatkan naskah bersejarah ini berasal dari tempat sampah dan menyimpannya sepanjang 46 th. 9 bulan 19 hari, sampai diserahkan kepada Presiden Soeharto di Bina Graha terhadap 29 Mei 1992.

Naskah baru setelah mengalami perubahan
Teks Naskah Proklamasi Otentik yang ditempatkan di Monumen Nasional
Teks naskah Proklamasi yang udah mengalami perubahan, yang dikenal dengan sebutan naskah “Proklamasi Otentik”, adalah merupakan hasil ketikan oleh Mohamad Ibnu Sayuti Melik (seorang tokoh pemuda yang ikut andil di dalam persiapan Proklamasi), yang isinya adalah sebagai tersebut :

P R O K L A M A S I
Kami bangsa Indonesia bersama ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diadakan bersama tjara saksama dan di dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta.

(Keterangan: Tahun pada ke-2 teks naskah Proklamasi di atas (baik terhadap teks naskah Proklamasi Klad maupun pada teks naskah Proklamasi Otentik) tercantum angka “tahun 05” yang merupakan kependekan dari angka “tahun 2605”, karena th. penanggalan yang dipergunakan pada zaman pemerintah pendudukan militer Jepang selagi itu adalah sesuai bersama th. penanggalan yang berlaku di Jepang, yang kala itu adalah “tahun 2605”.)

Perbedaan teks naskah Proklamasi Klad dan Otentik
Teks Proklamasi yang tercantum terhadap uang pecahan 100,000 Rupiah.
Di didalam teks naskah Proklamasi Otentik udah mengalami lebih dari satu pergantian yaitu sebagai berikut :
Kata “Proklamasi” diubah jadi “P R O K L A M A S I”,
Kata “Hal2” diubah jadi “Hal-hal”,
Kata “tempoh” diubah menjadi “tempo”,
Kata “Djakarta, 17 – 8 – ’05” diubah jadi “Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05”,
Kata “Wakil2 bangsa Indonesia” diubah jadi “Atas nama bangsa Indonesia”,
Isi naskah Proklamasi Klad adalah asli merupakan postingan tangan sendiri oleh Ir. Soekarno sebagai pencatat, dan adalah merupakan hasil gubahan (karangan) oleh Drs. Mohammad Hatta dan Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo. Sedangkan isikan naskah Proklamasi Otentik adalah merupakan hasil ketikan oleh Mohamad Ibnu Sayuti Melik (seorang tokoh pemuda yang turut andil didalam persiapan Proklamasi),

Pada naskah Proklamasi Klad sesungguhnya tidak ditandatangani, sedangkan pada naskah Proklamasi Otentik udah ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta.

Tempat Pembacaan teks naskah Proklamasi Otentik oleh Ir. Soekarno untuk pertama kali adalah di Jalan Pegangsaan Timur 56 – Jakarta Pusat, tepat terhadap tanggal 17 Agustus 1945 (hari di mana diperingati sebagai “Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia”), pukul 11.30 saat Nippon (sebutan untuk negara Jepang pada sementara itu). Waktu Nippon adalah merupakan patokan zona pas yang dipakai pada zaman pemerintah pendudukan militer Jepang selagi itu. Namun mesti diketahui pula bahwa terhadap selagi teks naskah Proklamasi itu dibacakan oleh Bung Karno, sementara itu tidak ada yang merekam suara ataupun video, yang ada sekedar dokumentasi foto.

Suara asli dari Ir. Soekarno saat membacakan teks naskah Proklamasi yang sering kami dengar pas ini adalah bukan suara yang direkam terhadap tanggal pada tanggal 17 Agustus 1945 namun adalah suara asli Soekarno yang direkam pada tahun 1951 di studio Radio Republik Indonesia (RRI), yang saat ini bertempat di Jalan Medan Merdeka Barat 4-5 – Jakarta Pusat. Dokumentasi berbentuk nada asli hasil rekaman atas pembacaan teks naskah Proklamasi oleh Bung Karno ini dapat terwujudkan adalah berkat prakarsa dari tidak benar satu pendiri RRI, Jusuf Ronodipuro.

Teks pidato proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia
Tugu Proklamasi di Jalan Proklamasi (dulu Jalan Pegangsaan Timur) daerah dibacakannya Naskah Proklamasi Otentik terhadap tanggal 17 Agustus 1945

Berikut ini adalah teks pidato Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Saudara-saudara sekalian,
Saya telah minta saudara-saudara hadir di sini untuk lihat satu moment mahapenting didalam sejarah kita.

Berpuluh-puluh th. kita bangsa Indonesia sudah berjoang, untuk kemerdekaan tanah air kita lebih-lebih udah beratus-ratus tahun! Gelombang aksi kami untuk menggapai kemerdekaan kami itu tersedia naiknya dan tersedia turunnya, tetapi jiwa kami selamanya menuju ke arah cita-cita.

Juga di dalam jaman Jepang, bisnis kita untuk capai kemerdekaan nasional tidak berhenti-hentinya. Di dalam jaman Jepang ini, tampaknya saja kami menyandarkan diri kepada mereka, namun pada hakekatnya, selalu kita menyusun tenaga sendiri, namun kita percaya kepada kebolehan sendiri.

Sekarang tibalah saatnya kami terlampau menyita sikap nasib bangsa dan nasib tanah air kita di di dalam tangan kami sendiri. Hanya bangsa yang berani mengambil alih nasib di dalam tangan sendiri dapat dapat berdiri bersama dengan kuatnya.

Maka kami, tadi malam telah mengadakan musyawarat bersama pemuka-pemuka rakyat Indonesia dari seluruh Indonesia. Permusyawaratan itu seia sekata berpendapat bahwa sekaranglah singgah saatnya untuk memperlihatkan kemerdekaan kita.

Saudara-saudara! Dengan ini kami memperlihatkan kebulatan niat itu.
Dengarkanlah proklamasi kami:

P R O K L A M A S I
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal yang tentang pindahan kekuasaan dan lain-lain diadakan dengan langkah saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Djakarta, 17 Agustus 1945
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta.

Demikianlah saudara-saudara! Kita saat ini sudah merdeka! Tidak ada suatu ikatan lagi yang mengikat tanah air kita dan bangsa kita! Mulai saat ini kami menyusun negara kita!

Negara merdeka, negara Republik Indonesia! Merdeka, kekal, abadi! Insya Allah Tuhan memberkati kemerdekaan kami ini.

Penyebaran teks proklamasi
Wilayah Indonesia sangatlah luas. Komunikasi dan transportasi kira-kira tahun 1945 tetap terlampau terbatas. Di samping itu, rintangan dan larangan untuk menyebarkan berita proklamasi oleh pasukan Jepang di Indonesia, merupakan sejumlah aspek yang mengakibatkan berita proklamasi mengalami keterlambatan di sejumlah daerah, terutama di luar Jawa.

Namun dengan penuh kemauan dan motivasi berjuang, pada pada akhirnya peristiwa proklamasi diketahui oleh segenap rakyat Indonesia. Lebih jelasnya ikuti pembahasan di bawah ini. Penyebaran proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 di daerah Jakarta bisa dilaksanakan secara cepat dan langsung menyebar secara luas. Pada hari itu juga, teks proklamasi telah sampai di tangan Kepala Bagian Radio berasal dari Kantor Domei (sekarang Kantor Berita ANTARA), Waidan B. Palenewen. Ia menerima teks proklamasi berasal dari seorang wartawan Domei yang bernama Syahruddin. Kemudian ia memerintahkan F. Wuz (seorang markonis), supaya berita proklamasi disiarkan tiga kali berturut-turut. Baru dua kali F. Wuz laksanakan tugasnya, masuklah orang Jepang ke ruangan radio sambil marah-marah, sebab paham berita proklamasi telah tersiar ke luar melalui udara.

Meskipun orang Jepang berikut memerintahkan penghentian siaran berita proklamasi, tetapi Waidan Palenewen senantiasa menghendaki F. Wuz untuk tetap menyiarkan. Berita proklamasi kemerdekaan diulangi tiap tiap setengah jam hingga pukul 16.00 kala siaran berhenti. Akibat berasal dari penyiaran tersebut, pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita dan memperlihatkan sebagai kekeliruan. Pada tanggal 20 Agustus 1945 pemancar berikut disegel oleh Jepang dan para pegawainya dilarang masuk. Sekalipun pemancar terhadap kantor Domei disegel, para pemuda bersama dengan Jusuf Ronodipuro (seorang pembaca berita di Radio Domei) ternyata membawa dampak pemancar baru bersama dengan bantuan teknisi radio, di antaranya Sukarman, Sutamto, Susilahardja, dan Suhandar. Mereka mendirikan pemancar baru di Menteng 31, bersama kode panggilan DJK 1. Dari sinilah seterusnya berita proklamasi kemerdekaan disiarkan.

Usaha dan perjuangan para pemuda di dalam penyebarluasan berita proklamasi juga dilakukan lewat tempat pers dan surat selebaran. Hampir semua harian di Jawa di dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 berisi berita proklamasi kemerdekaan dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Harian Suara Asia di Surabaya merupakan koran pertama yang memuat berita proklamasi. Beberapa tokoh pemuda yang berjuang melalui sarana pers antara lain B.M. Diah, Sayuti Melik, dan Sumanang. Proklamasi kemerdekaan juga disebarluaskan kepada rakyat Indonesia lewat pemasangan plakat, poster, maupun coretan pada dinding tembok dan gerbong kereta api, seandainya dengan slogan Respect Our Constitution, August 17!!! (Hormatilah Konstitusi Kami, 17 Agustus!!!). Melalui berbagai langkah dan media tersebut, selanjutnya berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia mampu tersebar luas di wilayah Indonesia dan di luar negeri.

Meskipun memakai banyak tempat dan alat penyebaran, sebelum akan th. 2005, pihak Belanda sebagai penjajah Indonesia tak mengakui Kemerdekaan Indonesia terhadap tahun 1945 (de facto) melainkan tahun 1949 tanggal 27 Desember sebagaimana pengakuan PBB (de jure) karena mereka berpendapat bahwa pada tahun 1945, kekuasaan di Indonesia diserahkan kepada Sekutu, bukan dibebaskan oleh Jepang. Di samping melalui sarana massa, berita proklamasi termasuk disebarkan secara langsung oleh para utusan area yang menghadiri sidang PPKI. Berikut ini para utusan PPKI yang turut menyebarkan berita proklamasi :
Teuku Mohammad Hassan dari Aceh,
Sam Ratulangi dari Sulawesi,
Ketut Pudja berasal dari Sunda Kecil (Bali),
A. A. Hamidan dari Kalimantan.
Peringatan 17 Agustus 1945
Pengibaran Bendera Sang Saka Merah Putih pada tiap-tiap perayaan 17 Agustus.
Setiap tahun pada tanggal 17 Agustus, rakyat Indonesia merayakan Hari Proklamasi Kemerdekaan ini bersama dengan meriah. Mulai berasal dari lomba panjat pinang, lomba makan kerupuk, hingga upacara militer di Istana Merdeka, seluruh bagian dari penduduk turut berpartisipasi bersama langkah masing-masing.

In case you loved this information and you want to receive more information concerning Rumah Bandung please visit our own site.

Sejarah Kemerdekan Indonesia

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilakukan terhadap hari Jumat, 17 Agustus 1945 th. Masehi, atau tanggal 17 Agustus 2605 menurut th. Jepang, yang dibacakan oleh Soekarno dengan didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta bertempat di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.

Latar belakang
Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang menjadi turunkan moral motivasi tentara Jepang di semua dunia. Sehari sesudah itu Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau “Dokuritsu Junbi Cosakai”, berganti nama jadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut termasuk Dokuritsu Junbi Inkai di dalam bhs Jepang, untuk lebih meyakinkan permintaan dan tujuan menggapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom ke dua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga sebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
Pengibaran bendera terhadap 17 Agustus 1945.

Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk berjumpa Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan bakal memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir udah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.

Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang dapat segera menambahkan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan mampu dijalankan dalam sebagian hari, berdasarkan tim PPKI. Meskipun demikian Jepang idamkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.

Dua hari kemudian, sementara Soekarno, Hatta dan Radjiman ulang ke tanah air berasal dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan gara-gara menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, gara-gara Jepang udah menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan di dalam kubu nasionalis, pada yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum yakin bahwa Jepang sebenarnya sudah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI sementara itu sanggup menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan sanggup berakibat fatal kalau para pejuang Indonesia belum siap.

Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan dikarenakan itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir berpikiran PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan ‘hadiah’ dari Jepang (sic).

Dikibarkannya bendera Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang secara resmi menyerah kepada Sekutu di kapal USS Missouri. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia sebab Jepang berjanji dapat mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini lewat radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang akan bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk langsung memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Namun golongan tua tidak mengidamkan terburu-buru. Mereka tidak inginkan terjadinya pertumpahan darah pada selagi proklamasi. Konsultasi pun ditunaikan dalam wujud rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka mendambakan kemerdekaan atas usaha bangsa kami sendiri, bukan bantuan Jepang.

Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk beroleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.

Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo sesudah itu ke kantor Bukanfu, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyongsong kehadiran mereka bersama ucapan selamat atas kesuksesan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menanti instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta langsung mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) terhadap pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membahas segala suatu hal yang terkait bersama persiapan Proklamasi Kemerdekaan.

Sehari kemudian, gejolak tekanan yang berharap pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dijalankan gara-gara Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta BPUPKI Dalam perjalanan histori menuju kemerdekaan Indonesia, dr. Radjiman adalah salah satu orang yang terlibat secara akif didalam kancah perjuangan berbangsa di mulai dari munculnya Boedi Utomo sampai pembentukan BPUPKI. Manuvernya di sementara memimpin Budi Utomo yang mengusulkan pembentukan milisi rakyat disetiap area di Indonesia (kesadaran punyai tentara rakyat) dijawab Belanda bersama dengan kompensasi membentuk Volksraad dan dr. Radjiman masuk di dalamnya sebagai wakil dari Boedi Utomo.

Pada sidang BPUPKI pada 29 Mei 1945, ia mengajukan pertanyaan “apa dasar negara Indonesia terkecuali kelak merdeka?” Pertanyaan ini dijawab oleh Bung Karno bersama dengan Pancasila. Jawaban dan gambaran Bung Karno berkenaan Pancasila sebagai basic negara Indonesia ini sesudah itu ditulis oleh Radjiman selaku ketua BPUPKI didalam sebuah pengantar penerbitan buku Pancasila yang pertama tahun 1948 di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi. Terbongkarnya dokumen yang berada di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi ini jadi temuan baru dalam sejarah Indonesia yang memaparkan ulang fakta bahwa Soekarno adalah Bapak Bangsa pencetus Pancasila.

Pada tanggal 9 Agustus 1945 ia membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Saigon dan Da Lat untuk menemui pimpinan tentara Jepang untuk Asia Timur Raya berkaitan bersama pengeboman Hiroshima dan Nagasaki yang mengakibatkan Jepang merencanakan menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, yang akan menciptakan kekosongan kekuasaan di Indonesia. tidak mengetahui telah berlangsung moment Rengasdengklok.

Peristiwa Rengasdengklok
Para pemuda pejuang, terhitung Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana terbakar gelora kepahlawanannya sehabis berdiskusi bersama dengan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran. Pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945, mereka bersama Shodanco Singgih, keliru seorang bagian PETA, dan pemuda lain, mereka mempunyai Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok, yang sesudah itu terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok. Tujuannya adalah supaya Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka lagi memastikan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang udah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya.

Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melaksanakan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil memastikan para pemuda untuk tidak terburu – buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang kerumah masing-masing.

Mengingat bahwa hotel Des Indes (sekarang kompleks pertokoan di Harmoni) tidak mampu digunakan untuk pertemuan sehabis pukul 10 malam, maka tawaran Laksamana Muda Maeda untuk manfaatkan rumahnya (sekarang gedung museum perumusan teks proklamasi) sebagai daerah rapat PPKI di terima oleh para tokoh Indonesia.

Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Laksamana Muda Maeda
Malam harinya, Soekarno dan Hatta lagi ke Jakarta. Mayor Jenderal Moichiro Yamamoto, Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang jadi Kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia Belanda tidak sudi terima Sukarno-Hatta yang diantar oleh Tadashi Maeda dan memerintahkan sehingga Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang, untuk terima kedatangan rombongan tersebut. Nishimura menyampaikan bahwa sejak siang hari tanggal 16 Agustus 1945 telah diterima perintah berasal dari Tokyo bahwa Jepang harus memelihara standing quo, tidak dapat memberi izin untuk mempersiapkan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana udah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam.

Soekarno dan Hatta menyesali ketentuan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya Sukarno-Hatta meminta sehingga Nishimura jangan membatasi kerja PPKI, bisa saja bersama cara pura-pura tidak tau. Melihat pembicaraan yang panas itu Maeda dengan diam-diam meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokyo dan dia menyadari sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di tempat Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak memiliki wewenang memutuskan.

Setelah berasal dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju tempat tinggal Laksamana Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myoshi kegunaan melakukan rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi. Setelah menyapa Sukarno-Hatta yang ditinggalkan berdebat dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi dijalankan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah, Sudiro (Mbah) dan Sayuti Melik.

Myoshi yang setengah mabuk duduk di kursi belakang mendengarkan penyusunan teks berikut namun lantas tersedia kata-kata berasal dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia turut mencampuri penyusunan teks proklamasi dan memberi saran agar pindahan kekuasaan itu cuma artinya kekuasaan administratif. Tentang hal ini Bung Karno menegaskan bahwa perpindahan kekuasaan itu artinya “transfer of power”. Bung Hatta, Subardjo, B.M Diah, Sukarni, Sudiro dan Sajuti Malik tidak tersedia yang membenarkan klaim Nishijima tapi di lebih dari satu kalangan klaim Nishijima tetap didengungkan.

Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah berikut memanfaatkan mesin ketik yang diambil dari kantor perwakilan AL Jerman, punya Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler. Pada awalnya pembacaan proklamasi bakal dijalankan di Lapangan Ikada, tapi berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 (sekarang Jl. Proklamasi no. 1).

Detik-detik pembacaan naskah proklamasi
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua di dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 – 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan laksamana Tadashi Maeda Jln Imam Bonjol No 1. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di area depan, ada B.M Diah, Sayuti Melik, Sukarni, dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang diberi tanda tangan teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia.

Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti Melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 sudah datang pada lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara dimulai pada pukul 10.00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh Ibu Fatmawati, dikibarkan, disusul bersama dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta selagi itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.

Pada awalannya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera tapi ia menolak bersama dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dijalankan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk tugas tersebut. Seorang pemudi keluar dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih (Sang Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati sebagian hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sampai pas ini, bendera pusaka berikut masih disimpan di Istana Merdeka.

Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang bagian Barisan Pelopor yang dipimpin S.Brata singgah terburu-buru gara-gara mereka tidak menyadari pergantian area mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno ulangilah pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.

Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menyita keputusan, mengesahkan dan memastikan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai UUD 45. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang bersifat Republik (NKRI) bersama kedaulatan di tangan rakyat yang dijalankan seluruhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang dapat dibentuk kemudian.

Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul berasal dari Oto Iskandardinata dan persetujuan berasal dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.

Isi teks proklamasi
Teks naskah Proklamasi Klad adalah asli merupakan tulisan tangan sendiri oleh Ir. Soekarno sebagai pencatat, dan adalah merupakan hasil gubahan (karangan) oleh Drs. Mohammad Hatta dan Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo.

Adapun yang merumuskan proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia terdiri dari Tadashi Maeda, Tomegoro Yoshizumi, S. Nishijima, S. Miyoshi, Mohammad Hatta, Soekarno, dan Achmad Soebardjo.

Para pemuda yang berada di luar menghendaki agar teks proklamasi bunyinya keras. Namun Jepang tak mengizinkan. Beberapa kata yang dituntut adalah “penyerahan”, “dikasihkan”, diserahkan”, atau “merebut”. Akhirnya yang dipilih adalah “pemindahan kekuasaan”. Setelah dirumuskan dan dibacakan di tempat tinggal orang Jepang, isi proklamasi pun disiarkan di radio Jepang.

Berikut isi proklamasi tersebut:
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia bersama dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal2 jang tentang pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan bersama tjara saksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, 17 – 8 – ’05
Wakil2 bangsa Indonesia.

Naskah Proklamasi Klad ini ditinggal begitu saja dan apalagi sempat masuk ke daerah sampah di tempat tinggal Laksamana Muda Tadashi Maeda. B.M. Diah menyelamatkan naskah bersejarah ini dari area sampah dan menyimpannya sepanjang 46 tahun 9 bulan 19 hari, sampai diserahkan kepada Presiden Soeharto di Bina Graha terhadap 29 Mei 1992.

Naskah baru sesudah mengalami perubahan
Teks Naskah Proklamasi Otentik yang ditaruh di Monumen Nasional
Teks naskah Proklamasi yang telah mengalami perubahan, yang dikenal bersama dengan sebutan naskah “Proklamasi Otentik”, adalah merupakan hasil ketikan oleh Mohamad Ibnu Sayuti Melik (seorang tokoh pemuda yang turut andil dalam persiapan Proklamasi), yang isinya adalah sebagai berikut :

P R O K L A M A S I
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan bersama tjara saksama dan di dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta.

(Keterangan: Tahun pada ke dua teks naskah Proklamasi di atas (baik terhadap teks naskah Proklamasi Klad maupun terhadap teks naskah Proklamasi Otentik) tercantum angka “tahun 05” yang merupakan kependekan berasal dari angka “tahun 2605”, karena tahun penanggalan yang dipergunakan pada zaman pemerintah pendudukan militer Jepang waktu itu adalah sesuai bersama th. penanggalan yang berlaku di Jepang, yang kala itu adalah “tahun 2605”.)

Perbedaan teks naskah Proklamasi Klad dan Otentik
Teks Proklamasi yang tercantum pada uang pecahan 100,000 Rupiah.
Di didalam teks naskah Proklamasi Otentik telah mengalami lebih dari satu perubahan yaitu sebagai selanjutnya :
Kata “Proklamasi” diubah menjadi “P R O K L A M A S I”,
Kata “Hal2” diubah menjadi “Hal-hal”,
Kata “tempoh” diubah jadi “tempo”,
Kata “Djakarta, 17 – 8 – ’05” diubah jadi “Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05”,
Kata “Wakil2 bangsa Indonesia” diubah menjadi “Atas nama bangsa Indonesia”,
Isi naskah Proklamasi Klad adalah asli merupakan tulisan tangan sendiri oleh Ir. Soekarno sebagai pencatat, dan adalah merupakan hasil gubahan (karangan) oleh Drs. Mohammad Hatta dan Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo. Sedangkan isikan naskah Proklamasi Otentik adalah merupakan hasil ketikan oleh Mohamad Ibnu Sayuti Melik (seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan Proklamasi),

Pada naskah Proklamasi Klad sebetulnya tidak ditandatangani, tetapi terhadap naskah Proklamasi Otentik telah ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta.

Tempat Pembacaan teks naskah Proklamasi Otentik oleh Ir. Soekarno untuk pertama kali adalah di Jalan Pegangsaan Timur 56 – Jakarta Pusat, tepat terhadap tanggal 17 Agustus 1945 (hari di mana diperingati sebagai “Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia”), pukul 11.30 saat Nippon (sebutan untuk negara Jepang terhadap selagi itu). Waktu Nippon adalah merupakan patokan zona saat yang dipakai pada zaman pemerintah pendudukan militer Jepang sementara itu. Namun kudu diketahui pula bahwa pada saat teks naskah Proklamasi itu dibacakan oleh Bung Karno, kala itu tidak tersedia yang merekam suara ataupun video, yang tersedia sebatas dokumentasi foto.

Suara asli dari Ir. Soekarno saat membacakan teks naskah Proklamasi yang kerap kita dengar selagi ini adalah bukan suara yang direkam terhadap tanggal pada tanggal 17 Agustus 1945 namun adalah suara asli Soekarno yang direkam terhadap tahun 1951 di studio Radio Republik Indonesia (RRI), yang sekarang bertempat di Jalan Medan Merdeka Barat 4-5 – Jakarta Pusat. Dokumentasi berbentuk suara asli hasil rekaman atas pembacaan teks naskah Proklamasi oleh Bung Karno ini dapat terwujudkan adalah berkat prakarsa dari keliru satu pendiri RRI, Jusuf Ronodipuro.

Teks pidato proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia
Tugu Proklamasi di Jalan Proklamasi (dulu Jalan Pegangsaan Timur) area dibacakannya Naskah Proklamasi Otentik terhadap tanggal 17 Agustus 1945

Berikut ini adalah teks pidato Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Saudara-saudara sekalian,
Saya telah minta saudara-saudara datang disini untuk menyaksikan satu momen mahapenting didalam histori kita.

Berpuluh-puluh th. kami bangsa Indonesia telah berjoang, untuk kemerdekaan tanah air kami apalagi telah beratus-ratus tahun! Gelombang aksi kita untuk meraih kemerdekaan kami itu ada naiknya dan ada turunnya, tapi jiwa kita senantiasa menuju ke arah cita-cita.

Juga di didalam jaman Jepang, bisnis kita untuk meraih kemerdekaan nasional tidak berhenti-hentinya. Di di dalam masa Jepang ini, tampaknya saja kami menyandarkan diri kepada mereka, namun terhadap hakekatnya, senantiasa kami menyusun tenaga sendiri, tetapi kami percaya kepada kebolehan sendiri.

Sekarang tibalah saatnya kita amat menyita sikap nasib bangsa dan nasib tanah air kami di didalam tangan kita sendiri. Hanya bangsa yang berani menyita nasib di dalam tangan sendiri dapat bisa berdiri bersama kuatnya.

Maka kami, tadi malam telah mengadakan musyawarat bersama dengan pemuka-pemuka rakyat Indonesia dari seluruh Indonesia. Permusyawaratan itu seia sekata berpendapat bahwa sekaranglah berkunjung saatnya untuk menyatakan kemerdekaan kita.

Saudara-saudara! Dengan ini kami menyatakan kebulatan kemauan itu.
Dengarkanlah proklamasi kami:

P R O K L A M A S I
Kami bangsa Indonesia bersama dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal yang perihal perpindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan bersama cara saksama dan didalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Djakarta, 17 Agustus 1945
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta.

Demikianlah saudara-saudara! Kita sekarang udah merdeka! Tidak tersedia suatu ikatan lagi yang mengikat tanah air kami dan bangsa kita! Mulai saat ini kami menyusun negara kita!

Negara merdeka, negara Republik Indonesia! Merdeka, kekal, abadi! Insya Allah Tuhan memberkati kemerdekaan kami ini.

Penyebaran teks proklamasi
Wilayah Indonesia sangatlah luas. Komunikasi dan transportasi lebih kurang tahun 1945 tetap sangat terbatas. Di samping itu, halangan dan larangan untuk menyebarkan berita proklamasi oleh pasukan Jepang di Indonesia, merupakan sejumlah faktor yang menyebabkan berita proklamasi mengalami keterlambatan di sejumlah daerah, lebih-lebih di luar Jawa.

Namun bersama dengan penuh tekad dan stimulan berjuang, terhadap pada akhirnya momen proklamasi diketahui oleh segenap rakyat Indonesia. Lebih jelasnya mengikuti pembahasan di bawah ini. Penyebaran proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 di area Jakarta bisa dilakukan secara cepat dan langsung menyebar secara luas. Pada hari itu juga, teks proklamasi udah hingga di tangan Kepala Bagian Radio dari Kantor Domei (sekarang Kantor Berita ANTARA), Waidan B. Palenewen. Ia terima teks proklamasi berasal dari seorang wartawan Domei yang bernama Syahruddin. Kemudian ia memerintahkan F. Wuz (seorang markonis), supaya berita proklamasi disiarkan tiga kali berturut-turut. Baru dua kali F. Wuz jalankan tugasnya, masuklah orang Jepang ke ruangan radio sambil marah-marah, sebab menyadari berita proklamasi udah tersiar ke luar melalui udara.

Meskipun orang Jepang tersebut memerintahkan penghentian siaran berita proklamasi, tapi Waidan Palenewen selamanya menghendaki F. Wuz untuk konsisten menyiarkan. Berita proklamasi kemerdekaan diulangi tiap-tiap 1/2 jam sampai pukul 16.00 selagi siaran berhenti. Akibat dari penyiaran tersebut, pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita dan menunjukkan sebagai kekeliruan. Pada tanggal 20 Agustus 1945 pemancar berikut disegel oleh Jepang dan para pegawainya dilarang masuk. Sekalipun pemancar pada kantor Domei disegel, para pemuda bersama dengan Jusuf Ronodipuro (seorang pembaca berita di Radio Domei) ternyata membuat pemancar baru dengan perlindungan teknisi radio, di antaranya Sukarman, Sutamto, Susilahardja, dan Suhandar. Mereka mendirikan pemancar baru di Menteng 31, bersama dengan kode panggilan DJK 1. Dari sinilah sesudah itu berita proklamasi kemerdekaan disiarkan.

Usaha dan perjuangan para pemuda dalam penyebarluasan berita proklamasi juga dijalankan lewat media pers dan surat selebaran. Hampir seluruh harian di Jawa dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 berisi berita proklamasi kemerdekaan dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Harian Suara Asia di Surabaya merupakan koran pertama yang berisi berita proklamasi. Beberapa tokoh pemuda yang berjuang melalui media pers pada lain B.M. Diah, Sayuti Melik, dan Sumanang. Proklamasi kemerdekaan terhitung disebarluaskan kepada rakyat Indonesia melalui pemasangan plakat, poster, maupun coretan terhadap dinding tembok dan gerbong kereta api, andaikata bersama slogan Respect Our Constitution, August 17!!! (Hormatilah Konstitusi Kami, 17 Agustus!!!). Melalui berbagai cara dan sarana tersebut, pada akhirnya berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia bisa tersebar luas di lokasi Indonesia dan di luar negeri.

Meskipun gunakan banyak sarana dan alat penyebaran, sebelum saat tahun 2005, pihak Belanda sebagai penjajah Indonesia tak mengakui Kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 (de facto) melainkan th. 1949 tanggal 27 Desember sebagaimana pernyataan PBB (de jure) karena mereka berpendapat bahwa pada th. 1945, kekuasaan di Indonesia diserahkan kepada Sekutu, bukan dibebaskan oleh Jepang. Di samping lewat tempat massa, berita proklamasi terhitung disebarkan secara langsung oleh para utusan tempat yang menghadiri sidang PPKI. Berikut ini para utusan PPKI yang turut menyebarkan berita proklamasi :
Teuku Mohammad Hassan dari Aceh,
Sam Ratulangi dari Sulawesi,
Ketut Pudja dari Sunda Kecil (Bali),
A. A. Hamidan berasal dari Kalimantan.
Peringatan 17 Agustus 1945
Pengibaran Bendera Sang Saka Merah Putih pada tiap-tiap perayaan 17 Agustus.
Setiap th. terhadap tanggal 17 Agustus, rakyat Indonesia merayakan Hari Proklamasi Kemerdekaan ini bersama meriah. Mulai berasal dari lomba panjat pinang, lomba makan kerupuk, sampai upacara militer di Istana Merdeka, semua anggota berasal dari masyarakat ikut berpartisipasi bersama langkah masing-masing.

If you liked this write-up and you would such as to receive even more information regarding cari rumah kindly visit our web site.

Sejarah Kemerdekan Indonesia

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilakukan pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 th. Masehi, atau tanggal 17 Agustus 2605 menurut th. Jepang, yang dibacakan oleh Soekarno dengan didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta bertempat di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.

Latar belakang
Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang terasa turunkan moral stimulan tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau “Dokuritsu Junbi Cosakai”, bergeser nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut terhitung Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang, untuk lebih meyakinkan permintaan dan target raih kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom ke-2 dijatuhkan di atas Nagasaki supaya membuat Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
Pengibaran bendera pada 17 Agustus 1945.

Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bersua Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang tengah di ambang kekalahan dan dapat beri tambahan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia, terhadap tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir udah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.

Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, menyatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang dapat segera menambahkan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan mampu dikerjakan didalam sebagian hari, berdasarkan tim PPKI. Meskipun demikian Jepang inginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.

Dua hari kemudian, waktu Soekarno, Hatta dan Radjiman lagi ke tanah air berasal dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak supaya Soekarno langsung memproklamasikan kemerdekaan gara-gara menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, dikarenakan Jepang sudah menyerah kepada Sekutu dan demi menjauhkan perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir mengenai hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum percaya bahwa Jepang sebenarnya telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI pas itu bisa mengakibatkan pertumpahan darah yang besar, dan sanggup berakibat fatal kecuali para pejuang Indonesia belum siap.

Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan sebab itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir beranggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI cuma merupakan ‘hadiah’ dari Jepang (sic).

Dikibarkannya bendera Indonesia terhadap 17 Agustus 1945.
Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang secara formal menyerah kepada Sekutu di kapal USS Missouri. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang berjanji dapat mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk langsung memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Namun golongan tua tidak mendambakan terburu-buru. Mereka tidak dambakan terjadinya pertumpahan darah pada selagi proklamasi. Konsultasi pun ditunaikan di dalam wujud rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka ingin kemerdekaan atas usaha bangsa kami sendiri, bukan dukungan Jepang.

Soekarno dan Hatta datang ke penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk meraih konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.

Soekarno dan Hatta dengan Soebardjo lantas ke kantor Bukanfu, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka bersama dengan ucapan selamat atas kesuksesan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum terima konfirmasi dan juga tetap tunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang berasal dari Maeda, Soekarno dan Hatta langsung menyiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 fungsi mengulas segala suatu hal yang terjalin dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.

Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia tambah memuncak dilancarkan para pemuda dari sebagian golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak ditunaikan sebab Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta BPUPKI Dalam perjalanan histori menuju kemerdekaan Indonesia, dr. Radjiman adalah satu-satunya orang yang terlibat secara akif dalam kancah perjuangan berbangsa diawali dari munculnya Boedi Utomo hingga pembentukan BPUPKI. Manuvernya di selagi memimpin Budi Utomo yang mengusulkan pembentukan milisi rakyat disetiap area di Indonesia (kesadaran mempunyai tentara rakyat) dijawab Belanda bersama kompensasi membentuk Volksraad dan dr. Radjiman masuk di dalamnya sebagai wakil dari Boedi Utomo.

Pada sidang BPUPKI terhadap 29 Mei 1945, ia mengajukan pertanyaan “apa basic negara Indonesia jika kelak merdeka?” Pertanyaan ini dijawab oleh Bung Karno bersama Pancasila. Jawaban dan gambaran Bung Karno tentang Pancasila sebagai dasar negara Indonesia ini kemudian ditulis oleh Radjiman selaku ketua BPUPKI dalam sebuah pengantar penerbitan buku Pancasila yang pertama th. 1948 di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi. Terbongkarnya dokumen yang berada di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi ini jadi temuan baru didalam sejarah Indonesia yang memaparkan lagi fakta bahwa Soekarno adalah Bapak Bangsa pencetus Pancasila.

Pada tanggal 9 Agustus 1945 ia membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Saigon dan Da Lat untuk menemui pimpinan tentara Jepang untuk Asia Timur Raya perihal bersama dengan pengeboman Hiroshima dan Nagasaki yang sebabkan Jepang memiliki rencana menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, yang akan menciptakan kekosongan kekuasaan di Indonesia. tidak paham sudah berjalan moment Rengasdengklok.

Peristiwa Rengasdengklok
Para pemuda pejuang, terhitung Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana terbakar gelora kepahlawanannya setelah berdiskusi dengan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran. Pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945, mereka bersama Shodanco Singgih, tidak benar seorang bagian PETA, dan pemuda lain, mereka mempunyai Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok, yang sesudah itu populer sebagai peristiwa Rengasdengklok. Tujuannya adalah sehingga Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak tergoda oleh Jepang. Di sini, mereka kembali menegaskan Soekarno bahwa Jepang sudah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya.

Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta ulang ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu – buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang kerumah masing-masing.

Mengingat bahwa hotel Des Indes (sekarang kompleks pertokoan di Harmoni) tidak dapat digunakan untuk pertemuan sesudah pukul 10 malam, maka tawaran Laksamana Muda Maeda untuk pakai rumahnya (sekarang gedung museum perumusan teks proklamasi) sebagai area rapat PPKI diterima oleh para tokoh Indonesia.

Pertemuan Soekarno/Hatta bersama Jenderal Mayor Nishimura dan Laksamana Muda Maeda
Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal Moichiro Yamamoto, Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia Belanda tidak berkenan menerima Sukarno-Hatta yang diantar oleh Tadashi Maeda dan memerintahkan sehingga Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang, untuk menerima kehadiran rombongan tersebut. Nishimura menyampaikan bahwa sejak siang hari tanggal 16 Agustus 1945 udah di terima perintah dari Tokyo bahwa Jepang harus menjaga standing quo, tidak dapat berikan izin untuk buat persiapan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana sudah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam.

Soekarno dan Hatta menyesali ketentuan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji sehingga dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya Sukarno-Hatta meminta supaya Nishimura jangan menghambat kerja PPKI, kemungkinan dengan cara pura-pura tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda bersama dengan diam-diam meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura supaya Maeda mematuhi perintah Tokyo dan dia jelas sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di tempat Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.

Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah Laksamana Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myoshi peranan melakukan rapat untuk mempersiapkan teks Proklamasi. Setelah menyapa Sukarno-Hatta yang ditinggalkan berdebat bersama dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi ditunaikan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah, Sudiro (Mbah) dan Sayuti Melik.

Myoshi yang 1/2 mabuk duduk di kursi belakang mendengarkan penyusunan teks berikut namun sesudah itu tersedia kalimat dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan teks proklamasi dan menyarankan sehingga perpindahan kekuasaan itu cuma bermakna kekuasaan administratif. Tentang hal ini Bung Karno memastikan bahwa perpindahan kekuasaan itu bermakna “transfer of power”. Bung Hatta, Subardjo, B.M Diah, Sukarni, Sudiro dan Sajuti Malik tidak tersedia yang membenarkan klaim Nishijima tapi di sebagian kalangan klaim Nishijima masih didengungkan.

Setelah rancangan selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah selanjutnya mengfungsikan mesin ketik yang diambil alih dari kantor perwakilan AL Jerman, milik Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler. Pada awalannya pembacaan proklamasi akan dikerjakan di Lapangan Ikada, tetapi berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 (sekarang Jl. Proklamasi no. 1).

Detik-detik pembacaan naskah proklamasi
Perundingan pada golongan muda dan golongan tua didalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia terjadi pukul 02.00 – 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan laksamana Tadashi Maeda Jln Imam Bonjol No 1. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di area depan, hadir B.M Diah, Sayuti Melik, Sukarni, dan Soediro. Sukarni mengusulkan sehingga yang diberi tanda tangan teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia.

Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti Melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 udah ada antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara di awali terhadap pukul 10.00 bersama pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang udah dijahit oleh Ibu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta kala itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.

Pada awalnya Trimurti diminta untuk tingkatkan bendera namun ia menolak bersama alasan pengerekan bendera sebaiknya dijalankan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk tugas tersebut. Seorang pemudi nampak dari belakang mempunyai nampan memuat bendera Merah Putih (Sang Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sampai waktu ini, bendera pusaka berikut masih disimpan di Istana Merdeka.

Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota Barisan Pelopor yang dipimpin S.Brata datang terburu-buru dikarenakan mereka tidak paham pergantian tempat mendadak berasal dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno ulangilah pembacaan Proklamasi, tetapi ditolak. Akhirnya Hatta mengimbuhkan amanat singkat kepada mereka.

Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil alih keputusan, mengesahkan dan memastikan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai UUD 45. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berwujud Republik (NKRI) bersama dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dijalankan seutuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang bakal dibentuk kemudian.

Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul berasal dari Oto Iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.

Isi teks proklamasi
Teks naskah Proklamasi Klad adalah asli merupakan postingan tangan sendiri oleh Ir. Soekarno sebagai pencatat, dan adalah merupakan hasil gubahan (karangan) oleh Drs. Mohammad Hatta dan Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo.

Adapun yang merumuskan proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia terdiri berasal dari Tadashi Maeda, Tomegoro Yoshizumi, S. Nishijima, S. Miyoshi, Mohammad Hatta, Soekarno, dan Achmad Soebardjo.

Para pemuda yang berada di luar berharap supaya teks proklamasi bunyinya keras. Namun Jepang tak mengizinkan. Beberapa kata yang dituntut adalah “penyerahan”, “dikasihkan”, diserahkan”, atau “merebut”. Akhirnya yang dipilih adalah “pemindahan kekuasaan”. Setelah dirumuskan dan dibacakan di tempat tinggal orang Jepang, isi proklamasi pun disiarkan di radio Jepang.

Berikut isi proklamasi tersebut:
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia bersama ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal2 jang berkenaan pindahan kekoeasaan d.l.l., diadakan bersama dengan tjara saksama dan didalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, 17 – 8 – ’05
Wakil2 bangsa Indonesia.

Naskah Proklamasi Klad ini ditinggal begitu saja dan apalagi sempat masuk ke daerah sampah di tempat tinggal Laksamana Muda Tadashi Maeda. B.M. Diah menyelamatkan naskah bersejarah ini berasal dari tempat sampah dan menyimpannya sepanjang 46 th. 9 bulan 19 hari, sampai diserahkan kepada Presiden Soeharto di Bina Graha terhadap 29 Mei 1992.

Naskah baru sesudah mengalami perubahan
Teks Naskah Proklamasi Otentik yang diletakkan di Monumen Nasional
Teks naskah Proklamasi yang sudah mengalami perubahan, yang dikenal bersama dengan sebutan naskah “Proklamasi Otentik”, adalah merupakan hasil ketikan oleh Mohamad Ibnu Sayuti Melik (seorang tokoh pemuda yang turut andil didalam persiapan Proklamasi), yang isinya adalah sebagai selanjutnya :

P R O K L A M A S I
Kami bangsa Indonesia bersama dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang tentang pemindahan kekoeasaan d.l.l., diadakan bersama dengan tjara saksama dan di dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta.

(Keterangan: Tahun terhadap kedua teks naskah Proklamasi di atas (baik pada teks naskah Proklamasi Klad maupun pada teks naskah Proklamasi Otentik) tertulis angka “tahun 05” yang merupakan kependekan berasal dari angka “tahun 2605”, dikarenakan tahun penanggalan yang dipergunakan pada zaman pemerintah pendudukan militer Jepang pas itu adalah cocok bersama dengan tahun penanggalan yang berlaku di Jepang, yang saat itu adalah “tahun 2605”.)

Perbedaan teks naskah Proklamasi Klad dan Otentik
Teks Proklamasi yang tercantum pada uang pecahan 100,000 Rupiah.
Di di dalam teks naskah Proklamasi Otentik udah mengalami beberapa perubahan yakni sebagai tersebut :
Kata “Proklamasi” diubah menjadi “P R O K L A M A S I”,
Kata “Hal2” diubah jadi “Hal-hal”,
Kata “tempoh” diubah menjadi “tempo”,
Kata “Djakarta, 17 – 8 – ’05” diubah jadi “Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05”,
Kata “Wakil2 bangsa Indonesia” diubah jadi “Atas nama bangsa Indonesia”,
Isi naskah Proklamasi Klad adalah asli merupakan tulisan tangan sendiri oleh Ir. Soekarno sebagai pencatat, dan adalah merupakan hasil gubahan (karangan) oleh Drs. Mohammad Hatta dan Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo. Sedangkan isikan naskah Proklamasi Otentik adalah merupakan hasil ketikan oleh Mohamad Ibnu Sayuti Melik (seorang tokoh pemuda yang ikut andil didalam persiapan Proklamasi),

Pada naskah Proklamasi Klad sebetulnya tidak ditandatangani, sedangkan pada naskah Proklamasi Otentik udah ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta.

Tempat Pembacaan teks naskah Proklamasi Otentik oleh Ir. Soekarno untuk pertama kali adalah di Jalan Pegangsaan Timur 56 – Jakarta Pusat, tepat pada tanggal 17 Agustus 1945 (hari di mana diperingati sebagai “Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia”), pukul 11.30 saat Nippon (sebutan untuk negara Jepang pada pas itu). Waktu Nippon adalah merupakan patokan zona saat yang dipakai pada zaman pemerintah pendudukan militer Jepang pas itu. Namun kudu diketahui pula bahwa pada pas teks naskah Proklamasi itu dibacakan oleh Bung Karno, kala itu tidak tersedia yang merekam suara ataupun video, yang ada semata-mata dokumentasi foto.

Suara asli dari Ir. Soekarno saat membacakan teks naskah Proklamasi yang kerap kita dengar kala ini adalah bukan nada yang direkam pada tanggal terhadap tanggal 17 Agustus 1945 tapi adalah suara asli Soekarno yang direkam pada tahun 1951 di studio Radio Republik Indonesia (RRI), yang sekarang bertempat di Jalan Medan Merdeka Barat 4-5 – Jakarta Pusat. Dokumentasi berupa nada asli hasil rekaman atas pembacaan teks naskah Proklamasi oleh Bung Karno ini sanggup terwujudkan adalah berkat prakarsa berasal dari keliru satu pendiri RRI, Jusuf Ronodipuro.

Teks pidato proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia
Tugu Proklamasi di Jalan Proklamasi (dulu Jalan Pegangsaan Timur) area dibacakannya Naskah Proklamasi Otentik terhadap tanggal 17 Agustus 1945

Berikut ini adalah teks pidato Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Saudara-saudara sekalian,
Saya udah minta saudara-saudara ada disini untuk memandang satu momen mahapenting di dalam sejarah kita.

Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia udah berjoang, untuk kemerdekaan tanah air kami apalagi udah beratus-ratus tahun! Gelombang aksi kami untuk meraih kemerdekaan kami itu ada naiknya dan tersedia turunnya, namun jiwa kita tetap menuju ke arah cita-cita.

Juga di di dalam era Jepang, usaha kami untuk raih kemerdekaan nasional tidak berhenti-hentinya. Di di dalam jaman Jepang ini, tampaknya saja kami menyandarkan diri kepada mereka, namun terhadap hakekatnya, selalu kita menyusun tenaga sendiri, tapi kita yakin kepada kekuatan sendiri.

Sekarang tibalah saatnya kita terlalu menyita sikap nasib bangsa dan nasib tanah air kami di di dalam tangan kami sendiri. Hanya bangsa yang berani menyita nasib dalam tangan sendiri dapat sanggup berdiri bersama kuatnya.

Maka kami, tadi malam udah mengadakan musyawarat dengan pemuka-pemuka rakyat Indonesia dari seluruh Indonesia. Permusyawaratan itu seia sekata berpendapat bahwa sekaranglah singgah saatnya untuk perlihatkan kemerdekaan kita.

Saudara-saudara! Dengan ini kami menunjukkan kebulatan niat itu.
Dengarkanlah proklamasi kami:

P R O K L A M A S I
Kami bangsa Indonesia bersama dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal yang perihal pindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan bersama dengan langkah saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Djakarta, 17 Agustus 1945
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta.

Demikianlah saudara-saudara! Kita sekarang udah merdeka! Tidak tersedia suatu ikatan lagi yang mengikat tanah air kami dan bangsa kita! Mulai pas ini kami menyusun negara kita!

Negara merdeka, negara Republik Indonesia! Merdeka, kekal, abadi! Insya Allah Tuhan memberkati kemerdekaan kami ini.

Penyebaran teks proklamasi
Wilayah Indonesia sangatlah luas. Komunikasi dan transportasi lebih kurang th. 1945 masih terlampau terbatas. Di samping itu, halangan dan larangan untuk menyebarkan berita proklamasi oleh pasukan Jepang di Indonesia, merupakan sejumlah aspek yang memicu berita proklamasi mengalami keterlambatan di sejumlah daerah, terutama di luar Jawa.

Namun bersama dengan penuh niat dan stimulus berjuang, pada selanjutnya moment proklamasi diketahui oleh segenap rakyat Indonesia. Lebih jelasnya mengikuti pembahasan di bawah ini. Penyebaran proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 di daerah Jakarta dapat ditunaikan secara cepat dan langsung menyebar secara luas. Pada hari itu juga, teks proklamasi sudah hingga di tangan Kepala Bagian Radio berasal dari Kantor Domei (sekarang Kantor Berita ANTARA), Waidan B. Palenewen. Ia menerima teks proklamasi dari seorang wartawan Domei yang bernama Syahruddin. Kemudian ia memerintahkan F. Wuz (seorang markonis), agar berita proklamasi disiarkan tiga kali berturut-turut. Baru dua kali F. Wuz melaksanakan tugasnya, masuklah orang Jepang ke ruangan radio sambil marah-marah, sebab tahu berita proklamasi sudah tersiar ke luar lewat udara.

Meskipun orang Jepang tersebut memerintahkan penghentian siaran berita proklamasi, tetapi Waidan Palenewen senantiasa meminta F. Wuz untuk konsisten menyiarkan. Berita proklamasi kemerdekaan diulangi tiap tiap 1/2 jam sampai pukul 16.00 selagi siaran berhenti. Akibat dari penyiaran tersebut, pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita dan memperlihatkan sebagai kekeliruan. Pada tanggal 20 Agustus 1945 pemancar selanjutnya disegel oleh Jepang dan para pegawainya dilarang masuk. Sekalipun pemancar terhadap kantor Domei disegel, para pemuda bersama Jusuf Ronodipuro (seorang pembaca berita di Radio Domei) ternyata membuat pemancar baru bersama pemberian teknisi radio, di antaranya Sukarman, Sutamto, Susilahardja, dan Suhandar. Mereka mendirikan pemancar baru di Menteng 31, bersama dengan kode panggilan DJK 1. Dari sinilah sesudah itu berita proklamasi kemerdekaan disiarkan.

Usaha dan perjuangan para pemuda di dalam penyebarluasan berita proklamasi juga dikerjakan melalui tempat pers dan surat selebaran. Hampir seluruh harian di Jawa di dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 berisi berita proklamasi kemerdekaan dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Harian Suara Asia di Surabaya merupakan koran pertama yang berisi berita proklamasi. Beberapa tokoh pemuda yang berjuang melalui media pers pada lain B.M. Diah, Sayuti Melik, dan Sumanang. Proklamasi kemerdekaan juga disebarluaskan kepada rakyat Indonesia melalui pemasangan plakat, poster, maupun coretan pada dinding tembok dan gerbong kereta api, bila bersama slogan Respect Our Constitution, August 17!!! (Hormatilah Konstitusi Kami, 17 Agustus!!!). Melalui bermacam langkah dan fasilitas tersebut, pada akhirnya berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia bisa tersebar luas di wilayah Indonesia dan di luar negeri.

Meskipun pakai banyak media dan alat penyebaran, sebelum saat th. 2005, pihak Belanda sebagai penjajah Indonesia tak mengakui Kemerdekaan Indonesia pada th. 1945 (de facto) melainkan tahun 1949 tanggal 27 Desember sebagaimana pengakuan PBB (de jure) sebab mereka berpendapat bahwa terhadap tahun 1945, kekuasaan di Indonesia diserahkan kepada Sekutu, bukan dibebaskan oleh Jepang. Di samping lewat tempat massa, berita proklamasi termasuk disebarkan secara langsung oleh para utusan tempat yang menghadiri sidang PPKI. Berikut ini para utusan PPKI yang turut menyebarkan berita proklamasi :
Teuku Mohammad Hassan dari Aceh,
Sam Ratulangi dari Sulawesi,
Ketut Pudja berasal dari Sunda Kecil (Bali),
A. A. Hamidan dari Kalimantan.
Peringatan 17 Agustus 1945
Pengibaran Bendera Sang Saka Merah Putih pada tiap-tiap perayaan 17 Agustus.
Setiap tahun pada tanggal 17 Agustus, rakyat Indonesia merayakan Hari Proklamasi Kemerdekaan ini bersama meriah. Mulai dari lomba panjat pinang, lomba makan kerupuk, sampai upacara militer di Istana Merdeka, seluruh anggota berasal dari penduduk ikut berpartisipasi dengan langkah masing-masing.

Should you beloved this article in addition to you would want to get more info about edukasi remaja kindly stop by the webpage.

Budaya Indonesia

1. Tari Kecak

Bali merupakan daerah wisata yang udah tersohor di luar negeri. Budayanya yang telah tenar yakni Tari Kecak. Tari Kecak adalah sebuah tarian yang dibawakan sebagai sendratari yang dipertunjukan massal dan terkandung unsur drama di dalamnya.

Tari ini tergolong sendratari dikarenakan dari keseluruhan pertunjukan bakal melukiskan seni peran dari cerita pewayangan layaknya tokoh Rama dan Sinta. Selain itu juga mempertontonkan kekebalan fisik para penarinya yang tidak terbakar api. Tari ini juga khusus digunakan untuk ritual keagamaan masyarakat Hindu di Bali.

Tari Kecak memanfaatkan teriakan ‘cak cak ke cak cak ke’ sebagai musik pengiring. Oleh sebab itulah tari ini disebut Tari Kecak.

2. Tari Pendet

Selain Tari Kecak, Tari Pendet termasuk telah mendunia. Tari Pendet adalah sebuah tarian yang dibawakan oleh seorang wanita yang dipertunjukan sebagai kesibukan pemujaan di Pura. Kini Tari Pendet berkembang jadi tari penyambutan atas turunnya Dewa ke dunia dan penyambutan untuk tamu sebagai ucapan selamat datang.

3. Tari Barong

Satu ulang tarian berasal dari Bali yang terkenal di mancanegara yaitu Tari Barong. Tari Barong adalah tarian khas Bali yang udah tersedia sejak peradaban kebudayaan pra hindu. Tarian ini melukiskan pertarungan pada kebaikan melawan kebathilan. Barong sebagai simbol kebaikan melawan Rangda sebagai simbol kejahatan.

4. Wayang

Wayang merupakan budaya Indonesia yang sudah tersohor. Bahkan Wayang sudah dianggap oleh UNESCO sebagai warisan budaya Indonesia terhadap tahun 2003 dan telah dikenal luas oleh penduduk dunia. Bahkan orang asing belajar wayang.

Wayang adalah seni pertunjukan yang dimainkan oleh seorang dalang bersama diiringi musik gamelan dan juga suara seorang pesinden. Kisah yang diceritakan di dalam lakon pewayangan berkenaan Petruk, Semar, Bagong, dan Gareng.

5. Angklung

Angklung adalah alat musik kesenian tradisional berasal dari Jawa Barat. Alat musik itu terhitung sudah mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai bagian dari World Heritage pada 19 Januari 2011. Sertifikat diserahkan mantan Duta Besar RI untuk UNESCO, Tresna Dermawan Kunaefi kepada Menteri Pendidikan Nasional saat itu, Muhammad Nuh.

6. Keris

Keris digunakan para anggota kerajaan sebagai senjata pusaka yang dituakan. Keris adalah senjata tradisional yang dipercayai mengandung kemampuan magis. Senjata pusaka ini meraih pengakuan dari UNESCO sebagai ‘Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity’ terhadap 25 November 2005.

Keris udah digunakan di Indonesia sejak abad ke-9 dan terbuat dari logam. Gagang keris terbuat berasal dari tulang belulang, kayu, atau tanduk binatang.

Baca juga: Masuk ke Bunker Peninggalan Belanda di Stasiun Tanjung Priok

7. Tari Saman

Tari Saman merupakan tarian yang berasal dari Gayo, Aceh. Tari ini dianggap dan masuk dalam daftar warisan budaya tak benda yang perlu perlindungan mendesak UNESCO pada 22-29 November 2011.

Tarian Saman menampilkan gerak tepuk tangan gerakan-gerakan lainnya tanpa ada pergeseran dan liak-liuk anggota tubuh lain dan kaki. Tari ini biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam kebiasaan daerah setempat. Syair dalam Tari Saman menggunakan campuran bhs Arab dan bhs Gayo.

8. Reog Ponorogo

Reog Ponorogo merupakan budaya Indonesia yang berasal berasal dari daerah Jawa Timur. Reog Ponorogo adalah salah satu kesenian tradisional yang bersifat tarian.

Dalam pementasan Reog Ponorogo tidak tersedia skenario tarian yang pasti dan paten. Biasanya seniman Reog mementaskan berdasarkan aadegan yang telah dipelajarinya dengan tambahan gerak mengayun-ayunkan anggota kepala Reog. Pemain Reog kenakan topeng berwujud kepala singa bersama dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak. Berat mahkotanya sanggup meraih sekitar 50-60 kilogram.

9. Sendratari Ramayana

Sendratari Ramayana adalah gabungan dari pementasan tari dan drama tanpa dialog yang diangkat berasal dari kisah pewayangan Ramayana. Sendratari ini dipentaskan pada th. 1961 di Candi Prambanan pada th. 1961. Pementasannya berada di panggung terbuka bersama dengan panorama Candi Prambanan.

10. Batik

Batik adalah budaya Indonesia yang tenar di mancanegara. Dulunya batik sering dipakai sebagai baju formal. Namun kini batik juga mampu dipakai untuk acara informal.

Batik dihasilkan berasal dari cara yang sangat unik yaitu menuliskan lilin panas ke atas kain menggunakan canting.

If you have any queries with regards to in which and how to use makeup cosmetics, you can call us at our internet site.

Budaya Indonesia

1. Tari Kecak

Bali merupakan daerah wisata yang telah tersohor di luar negeri. Budayanya yang telah terkenal yaitu Tari Kecak. Tari Kecak adalah sebuah tarian yang dibawakan sebagai sendratari yang dipertunjukan massal dan terdapat unsur drama di dalamnya.

Tari ini tergolong sendratari karena berasal dari total pertunjukan bakal melukiskan seni peran dari cerita pewayangan layaknya tokoh Rama dan Sinta. Selain itu termasuk mempertontonkan kekebalan fisik para penarinya yang tidak terbakar api. Tari ini termasuk spesifik digunakan untuk ritual keagamaan masyarakat Hindu di Bali.

Tari Kecak menggunakan teriakan ‘cak cak ke cak cak ke’ sebagai musik pengiring. Oleh karena itulah tari ini disebut Tari Kecak.

2. Tari Pendet

Selain Tari Kecak, Tari Pendet juga telah mendunia. Tari Pendet adalah sebuah tarian yang dibawakan oleh seorang wanita yang dipertunjukan sebagai kesibukan pemujaan di Pura. Kini Tari Pendet berkembang menjadi tari penyambutan atas turunnya Dewa ke dunia dan penyambutan untuk tamu sebagai ucapan selamat datang.

3. Tari Barong

Satu lagi tarian dari Bali yang tenar di mancanegara yakni Tari Barong. Tari Barong adalah tarian khas Bali yang sudah tersedia sejak peradaban kebudayaan pra hindu. Tarian ini melukiskan pertarungan pada kebaikan melawan kebathilan. Barong sebagai lambang kebaikan melawan Rangda sebagai simbol kejahatan.

4. Wayang

Wayang merupakan budaya Indonesia yang telah tersohor. Bahkan Wayang udah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya Indonesia pada th. 2003 dan udah dikenal luas oleh masyarakat dunia. Bahkan orang asing belajar wayang.

Wayang adalah seni pertunjukan yang dimainkan oleh seorang dalang dengan diiringi musik gamelan serta suara seorang pesinden. Kisah yang diceritakan di dalam lakon pewayangan perihal Petruk, Semar, Bagong, dan Gareng.

5. Angklung

Angklung adalah alat musik kesenian tradisional dari Jawa Barat. Alat musik itu juga sudah mendapat pernyataan berasal dari UNESCO sebagai anggota dari World Heritage pada 19 Januari 2011. Sertifikat diserahkan mantan Duta Besar RI untuk UNESCO, Tresna Dermawan Kunaefi kepada Menteri Pendidikan Nasional saat itu, Muhammad Nuh.

6. Keris

Keris digunakan para bagian kerajaan sebagai senjata pusaka yang dituakan. Keris adalah senjata tradisional yang dipercayai mengandung kemampuan magis. Senjata pusaka ini mendapatkan pernyataan dari UNESCO sebagai ‘Masterpiece of the Oral plus Intangible Heritage of Humanity’ pada 25 November 2005.

Keris udah digunakan di Indonesia sejak abad ke-9 dan terbuat berasal dari logam. Gagang keris terbuat dari tulang belulang, kayu, atau tanduk binatang.

Baca juga: Masuk ke Bunker Peninggalan Belanda di Stasiun Tanjung Priok

7. Tari Saman

Tari Saman merupakan tarian yang berasal berasal dari Gayo, Aceh. Tari ini dianggap dan masuk di dalam daftar warisan budaya tak benda yang memerlukan bantuan mendesak UNESCO terhadap 22-29 November 2011.

Tarian Saman menampilkan gerak tepuk tangan gerakan-gerakan lainnya tanpa ada pergeseran dan liak-liuk anggota tubuh lain dan kaki. Tari ini biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa mutlak didalam adat area setempat. Syair di dalam Tari Saman mengfungsikan campuran bahasa Arab dan bhs Gayo.

8. Reog Ponorogo

Reog Ponorogo merupakan budaya Indonesia yang berasal dari tempat Jawa Timur. Reog Ponorogo adalah tidak benar satu kesenian tradisional yang berwujud tarian.

Dalam pementasan Reog Ponorogo tidak ada skenario tarian yang tentu dan paten. Biasanya seniman Reog mementaskan berdasarkan aadegan yang telah dipelajarinya dengan tambahan gerak mengayun-ayunkan anggota kepala Reog. Pemain Reog kenakan topeng berupa kepala singa bersama mahkota yang terbuat dari bulu burung merak. Berat mahkotanya mampu menggapai sekitar 50-60 kilogram.

9. Sendratari Ramayana

Sendratari Ramayana adalah kombinasi dari pementasan tari dan drama tanpa dialog yang diangkat dari kisah pewayangan Ramayana. Sendratari ini dipentaskan terhadap th. 1961 di Candi Prambanan pada tahun 1961. Pementasannya berada di panggung terbuka bersama pemandangan Candi Prambanan.

10. Batik

Batik adalah budaya Indonesia yang terkenal di mancanegara. Dulunya batik sering dipakai sebagai baju formal. Namun kini batik termasuk mampu dipakai untuk acara informal.

Batik dihasilkan berasal dari cara yang benar-benar unik yakni menuliskan lilin panas ke atas kain pakai canting.

If you have any inquiries concerning wherever and how to use Berita Konut, you can speak to us at the web site.

Sejarah Kemerdekan Indonesia

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dijalankan terhadap hari Jumat, 17 Agustus 1945 tahun Masehi, atau tanggal 17 Agustus 2605 menurut th. Jepang, yang dibacakan oleh Soekarno bersama dengan didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta bertempat di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.

Latar belakang
Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan ethical dorongan tentara Jepang di semua dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau “Dokuritsu Junbi Cosakai”, berganti nama jadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut termasuk Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang, untuk lebih memastikan keinginan dan obyek capai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom ke dua dijatuhkan di atas Nagasaki supaya memicu Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
Pengibaran bendera pada 17 Agustus 1945.

Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang tengah di ambang kekalahan dan dapat menambahkan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir udah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menampik bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.

Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang lewat Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, menyatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dikerjakan didalam lebih dari satu hari, berdasarkan tim PPKI. Meskipun demikianlah Jepang idamkan kemerdekaan Indonesia terhadap tanggal 24 Agustus.

Dua hari kemudian, sementara Soekarno, Hatta dan Radjiman lagi ke tanah air berasal dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak sehingga Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan sebab beranggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, dikarenakan Jepang udah menyerah kepada Sekutu dan demi menjauhi perpecahan didalam kubu nasionalis, pada yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir mengenai hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum yakin bahwa Jepang sebenarnya udah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI sementara itu bisa menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan sanggup berakibat fatal kecuali para pejuang Indonesia belum siap.

Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan sebab itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan ‘hadiah’ dari Jepang (sic).

Dikibarkannya bendera Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang secara formal menyerah kepada Sekutu di kapal USS Missouri. Tentara dan Angkatan Laut Jepang tetap berkuasa di Indonesia sebab Jepang berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang akan bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Namun golongan tua tidak mendambakan terburu-buru. Mereka tidak ingin terjadinya pertumpahan darah terhadap waktu proklamasi. Konsultasi pun dikerjakan didalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka mengidamkan kemerdekaan atas bisnis bangsa kami sendiri, bukan bantuan Jepang.

Soekarno dan Hatta datang ke penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.

Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo sesudah itu ke kantor Bukanfu, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kehadiran mereka bersama ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum terima konfirmasi serta masih tunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera menyiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) terhadap pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 kegunaan membahas segala suatu hal yang terjalin bersama dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.

Sehari kemudian, gejolak tekanan yang berharap pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia jadi memuncak dilancarkan para pemuda berasal dari beberapa golongan. Rapat PPKI terhadap 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dikerjakan gara-gara Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta BPUPKI Dalam perjalanan sejarah menuju kemerdekaan Indonesia, dr. Radjiman adalah hanya satu orang yang terlibat secara akif di dalam kancah perjuangan berbangsa diawali dari timbulnya Boedi Utomo sampai pembentukan BPUPKI. Manuvernya di waktu memimpin Budi Utomo yang mengusulkan pembentukan milisi rakyat disetiap area di Indonesia (kesadaran miliki tentara rakyat) dijawab Belanda bersama dengan kompensasi membentuk Volksraad dan dr. Radjiman masuk di dalamnya sebagai wakil berasal dari Boedi Utomo.

Pada sidang BPUPKI pada 29 Mei 1945, ia mengajukan pertanyaan “apa dasar negara Indonesia terkecuali kelak merdeka?” Pertanyaan ini dijawab oleh Bung Karno bersama dengan Pancasila. Jawaban dan uraian Bung Karno mengenai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia ini kemudian ditulis oleh Radjiman selaku ketua BPUPKI di dalam sebuah pengantar penerbitan buku Pancasila yang pertama tahun 1948 di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi. Terbongkarnya dokumen yang berada di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi ini jadi temuan baru didalam sejarah Indonesia yang memaparkan ulang fakta bahwa Soekarno adalah Bapak Bangsa pencetus Pancasila.

Pada tanggal 9 Agustus 1945 ia mempunyai Bung Karno dan Bung Hatta ke Saigon dan Da Lat untuk menemui pimpinan tentara Jepang untuk Asia Timur Raya mengenai bersama dengan pengeboman Hiroshima dan Nagasaki yang memicu Jepang berencana menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, yang dapat menciptakan kekosongan kekuasaan di Indonesia. tidak memahami sudah terjadi peristiwa Rengasdengklok.

Peristiwa Rengasdengklok
Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana terbakar gelora kepahlawanannya setelah berdiskusi dengan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran. Pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945, mereka dengan Shodanco Singgih, salah seorang bagian PETA, dan pemuda lain, mereka mempunyai Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian tenar sebagai peristiwa Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali menegaskan Soekarno bahwa Jepang udah menyerah dan para pejuang sudah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya.

Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil menegaskan para pemuda untuk tidak terburu – buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang kerumah masing-masing.

Mengingat bahwa hotel Des Indes (sekarang kompleks pertokoan di Harmoni) tidak dapat digunakan untuk pertemuan setelah pukul 10 malam, maka tawaran Laksamana Muda Maeda untuk gunakan rumahnya (sekarang gedung museum perumusan teks proklamasi) sebagai daerah rapat PPKI diterima oleh para tokoh Indonesia.

Pertemuan Soekarno/Hatta bersama dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Laksamana Muda Maeda
Malam harinya, Soekarno dan Hatta ulang ke Jakarta. Mayor Jenderal Moichiro Yamamoto, Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia Belanda tidak sudi menerima Sukarno-Hatta yang diantar oleh Tadashi Maeda dan memerintahkan supaya Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang, untuk menerima kehadiran rombongan tersebut. Nishimura memberikan bahwa sejak siang hari tanggal 16 Agustus 1945 telah diterima perintah berasal dari Tokyo bahwa Jepang mesti memelihara standing quo, tidak dapat berikan izin untuk buat persiapan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam.

Soekarno dan Hatta menyesali ketetapan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya Sukarno-Hatta meminta supaya Nishimura jangan menghambat kerja PPKI, mungkin dengan langkah pura-pura tidak tau. Melihat perbincangan yang panas itu Maeda dengan diam-diam meninggalkan ruangan gara-gara diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokyo dan dia jelas sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di tempat Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.

Setelah dari tempat tinggal Nishimura, Sukarno-Hatta menuju tempat tinggal Laksamana Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myoshi guna melakukan rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi. Setelah memberi salam Sukarno-Hatta yang ditinggalkan berdebat dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi ditunaikan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah, Sudiro (Mbah) dan Sayuti Melik.

Myoshi yang 1/2 mabuk duduk di kursi belakang mendengarkan penyusunan teks berikut tetapi lantas tersedia kata-kata dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan teks proklamasi dan menganjurkan supaya pindahan kekuasaan itu cuma bermakna kekuasaan administratif. Tentang hal ini Bung Karno memastikan bahwa perpindahan kekuasaan itu artinya “transfer of power”. Bung Hatta, Subardjo, B.M Diah, Sukarni, Sudiro dan Sajuti Malik tidak tersedia yang membenarkan klaim Nishijima tetapi di beberapa kalangan klaim Nishijima masih didengungkan.

Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah berikut gunakan mesin ketik yang diambil dari kantor perwakilan AL Jerman, milik Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler. Pada awalnya pembacaan proklamasi bakal dijalankan di Lapangan Ikada, namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 (sekarang Jl. Proklamasi no. 1).

Detik-detik pembacaan naskah proklamasi
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua di dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berjalan pukul 02.00 – 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di area makan laksamana Tadashi Maeda Jln Imam Bonjol No 1. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, ada B.M Diah, Sayuti Melik, Sukarni, dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang diberi tanda tangan teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia.

Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti Melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah datang antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara di mulai pada pukul 10.00 bersama dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang sudah dijahit oleh Ibu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta pas itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.

Pada mulanya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dikerjakan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul berasal dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih (Sang Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sampai waktu ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Istana Merdeka.

Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang bagian Barisan Pelopor yang dipimpin S.Brata berkunjung tergesa-gesa dikarenakan mereka tidak menyadari perubahan area mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno ulangilah pembacaan Proklamasi, tetapi ditolak. Akhirnya Hatta memberi tambahan amanat singkat kepada mereka.

Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menyita keputusan, mengesahkan dan menentukan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai basic negara Republik Indonesia, yang seterusnya dikenal sebagai UUD 45. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berwujud Republik (NKRI) bersama dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dijalankan seutuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang dapat dibentuk kemudian.

Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul berasal dari Oto Iskandardinata dan persetujuan berasal dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden dapat dibantu oleh sebuah Komite Nasional.

Isi teks proklamasi
Teks naskah Proklamasi Klad adalah asli merupakan tulisan tangan sendiri oleh Ir. Soekarno sebagai pencatat, dan adalah merupakan hasil gubahan (karangan) oleh Drs. Mohammad Hatta dan Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo.

Adapun yang merumuskan proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia terdiri dari Tadashi Maeda, Tomegoro Yoshizumi, S. Nishijima, S. Miyoshi, Mohammad Hatta, Soekarno, dan Achmad Soebardjo.

Para pemuda yang berada di luar meminta agar teks proklamasi bunyinya keras. Namun Jepang tak mengizinkan. Beberapa kata yang dituntut adalah “penyerahan”, “dikasihkan”, diserahkan”, atau “merebut”. Akhirnya yang dipilih adalah “pemindahan kekuasaan”. Setelah dirumuskan dan dibacakan di tempat tinggal orang Jepang, mengisi proklamasi pun disiarkan di radio Jepang.

Berikut isikan proklamasi tersebut:
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal2 jang berkenaan pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan bersama tjara saksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, 17 – 8 – ’05
Wakil2 bangsa Indonesia.

Naskah Proklamasi Klad ini ditinggal begitu saja dan apalagi sempat masuk ke area sampah di tempat tinggal Laksamana Muda Tadashi Maeda. B.M. Diah menyelamatkan naskah bersejarah ini dari tempat sampah dan menyimpannya selama 46 th. 9 bulan 19 hari, sampai diserahkan kepada Presiden Soeharto di Bina Graha terhadap 29 Mei 1992.

Naskah baru sehabis mengalami perubahan
Teks Naskah Proklamasi Otentik yang ditaruh di Monumen Nasional
Teks naskah Proklamasi yang udah mengalami perubahan, yang dikenal dengan sebutan naskah “Proklamasi Otentik”, adalah merupakan hasil ketikan oleh Mohamad Ibnu Sayuti Melik (seorang tokoh pemuda yang ikut andil di dalam persiapan Proklamasi), yang isinya adalah sebagai berikut :

P R O K L A M A S I
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pindahan kekoeasaan d.l.l., diadakan bersama dengan tjara saksama dan didalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta.

(Keterangan: Tahun terhadap ke dua teks naskah Proklamasi di atas (baik terhadap teks naskah Proklamasi Klad maupun terhadap teks naskah Proklamasi Otentik) tercantum angka “tahun 05” yang merupakan kependekan berasal dari angka “tahun 2605”, karena tahun penanggalan yang dipergunakan terhadap zaman pemerintah pendudukan militer Jepang sementara itu adalah cocok dengan th. penanggalan yang berlaku di Jepang, yang kala itu adalah “tahun 2605”.)

Perbedaan teks naskah Proklamasi Klad dan Otentik
Teks Proklamasi yang dicantumkan pada duwit pecahan 100,000 Rupiah.
Di dalam teks naskah Proklamasi Otentik telah mengalami lebih dari satu pergantian yakni sebagai berikut :
Kata “Proklamasi” diubah jadi “P R O K L A M A S I”,
Kata “Hal2” diubah menjadi “Hal-hal”,
Kata “tempoh” diubah menjadi “tempo”,
Kata “Djakarta, 17 – 8 – ’05” diubah jadi “Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05”,
Kata “Wakil2 bangsa Indonesia” diubah menjadi “Atas nama bangsa Indonesia”,
Isi naskah Proklamasi Klad adalah asli merupakan tulisan tangan sendiri oleh Ir. Soekarno sebagai pencatat, dan adalah merupakan hasil gubahan (karangan) oleh Drs. Mohammad Hatta dan Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo. Sedangkan isikan naskah Proklamasi Otentik adalah merupakan hasil ketikan oleh Mohamad Ibnu Sayuti Melik (seorang tokoh pemuda yang ikut andil didalam persiapan Proklamasi),

Pada naskah Proklamasi Klad sebetulnya tidak ditandatangani, tetapi terhadap naskah Proklamasi Otentik telah ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta.

Tempat Pembacaan teks naskah Proklamasi Otentik oleh Ir. Soekarno untuk pertama kali adalah di Jalan Pegangsaan Timur 56 – Jakarta Pusat, tepat pada tanggal 17 Agustus 1945 (hari di mana diperingati sebagai “Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia”), pukul 11.30 selagi Nippon (sebutan untuk negara Jepang terhadap saat itu). Waktu Nippon adalah merupakan patokan zona saat yang dipakai terhadap zaman pemerintah pendudukan militer Jepang selagi itu. Namun harus diketahui pula bahwa terhadap sementara teks naskah Proklamasi itu dibacakan oleh Bung Karno, sementara itu tidak tersedia yang merekam suara ataupun video, yang ada cuman dokumentasi foto.

Suara asli berasal dari Ir. Soekarno waktu membacakan teks naskah Proklamasi yang sering kita dengar pas ini adalah bukan suara yang direkam pada tanggal terhadap tanggal 17 Agustus 1945 tapi adalah suara asli Soekarno yang direkam pada th. 1951 di studio Radio Republik Indonesia (RRI), yang saat ini bertempat di Jalan Medan Merdeka Barat 4-5 – Jakarta Pusat. Dokumentasi berbentuk suara asli hasil rekaman atas pembacaan teks naskah Proklamasi oleh Bung Karno ini bisa terwujudkan adalah berkat prakarsa dari keliru satu pendiri RRI, Jusuf Ronodipuro.

Teks pidato proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia
Tugu Proklamasi di Jalan Proklamasi (dulu Jalan Pegangsaan Timur) daerah dibacakannya Naskah Proklamasi Otentik pada tanggal 17 Agustus 1945

Berikut ini adalah teks pidato Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Saudara-saudara sekalian,
Saya sudah minta saudara-saudara hadir disini untuk memandang satu peristiwa mahapenting dalam peristiwa kita.

Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia sudah berjoang, untuk kemerdekaan tanah air kami lebih-lebih udah beratus-ratus tahun! Gelombang aksi kami untuk capai kemerdekaan kami itu ada naiknya dan ada turunnya, tetapi jiwa kita senantiasa menuju ke arah cita-cita.

Juga di didalam era Jepang, usaha kita untuk raih kemerdekaan nasional tidak berhenti-hentinya. Di di dalam masa Jepang ini, tampaknya saja kami menyandarkan diri kepada mereka, tetapi pada hakekatnya, selamanya kami menyusun tenaga sendiri, tapi kami yakin kepada kebolehan sendiri.

Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil sikap nasib bangsa dan nasib tanah air kami di di dalam tangan kita sendiri. Hanya bangsa yang berani menyita nasib di dalam tangan sendiri bakal dapat berdiri bersama kuatnya.

Maka kami, tadi malam udah mengadakan musyawarat bersama dengan pemuka-pemuka rakyat Indonesia berasal dari semua Indonesia. Permusyawaratan itu seia sekata berpendapat bahwa sekaranglah berkunjung saatnya untuk memperlihatkan kemerdekaan kita.

Saudara-saudara! Dengan ini kita menunjukkan kebulatan tekad itu.
Dengarkanlah proklamasi kami:

P R O K L A M A S I
Kami bangsa Indonesia bersama ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal yang tentang perpindahan kekuasaan dan lain-lain diadakan dengan langkah saksama dan di dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Djakarta, 17 Agustus 1945
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta.

Demikianlah saudara-saudara! Kita saat ini sudah merdeka! Tidak tersedia suatu ikatan lagi yang mengikat tanah air kami dan bangsa kita! Mulai pas ini kami menyusun negara kita!

Negara merdeka, negara Republik Indonesia! Merdeka, kekal, abadi! Insya Allah Tuhan memberkati kemerdekaan kita ini.

Penyebaran teks proklamasi
Wilayah Indonesia sangatlah luas. Komunikasi dan transportasi kurang lebih th. 1945 masih terlampau terbatas. Di samping itu, halangan dan larangan untuk menyebarkan berita proklamasi oleh pasukan Jepang di Indonesia, merupakan sejumlah faktor yang membuat berita proklamasi mengalami keterlambatan di sejumlah daerah, terlebih di luar Jawa.

Namun bersama dengan penuh tekad dan stimulan berjuang, terhadap pada akhirnya momen proklamasi diketahui oleh segenap rakyat Indonesia. Lebih jelasnya ikuti pembahasan di bawah ini. Penyebaran proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 di area Jakarta bisa ditunaikan secara cepat dan segera menyebar secara luas. Pada hari itu juga, teks proklamasi udah sampai di tangan Kepala Bagian Radio dari Kantor Domei (sekarang Kantor Berita ANTARA), Waidan B. Palenewen. Ia terima teks proklamasi berasal dari seorang wartawan Domei yang bernama Syahruddin. Kemudian ia memerintahkan F. Wuz (seorang markonis), sehingga berita proklamasi disiarkan tiga kali berturut-turut. Baru dua kali F. Wuz jalankan tugasnya, masuklah orang Jepang ke ruangan radio sambil marah-marah, karena mengetahui berita proklamasi udah tersiar ke luar lewat udara.

Meskipun orang Jepang selanjutnya memerintahkan penghentian siaran berita proklamasi, namun Waidan Palenewen selalu meminta F. Wuz untuk terus menyiarkan. Berita proklamasi kemerdekaan diulangi setiap 1/2 jam hingga pukul 16.00 sementara siaran berhenti. Akibat berasal dari penyiaran tersebut, pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita dan perlihatkan sebagai kekeliruan. Pada tanggal 20 Agustus 1945 pemancar tersebut disegel oleh Jepang dan para pegawainya dilarang masuk. Sekalipun pemancar pada kantor Domei disegel, para pemuda bersama dengan Jusuf Ronodipuro (seorang pembaca berita di Radio Domei) ternyata menyebabkan pemancar baru bersama perlindungan teknisi radio, di antaranya Sukarman, Sutamto, Susilahardja, dan Suhandar. Mereka mendirikan pemancar baru di Menteng 31, bersama kode panggilan DJK 1. Dari sinilah sesudah itu berita proklamasi kemerdekaan disiarkan.

Usaha dan perjuangan para pemuda didalam penyebarluasan berita proklamasi termasuk dilaksanakan lewat tempat pers dan surat selebaran. Hampir semua harian di Jawa didalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 memuat berita proklamasi kemerdekaan dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Harian Suara Asia di Surabaya merupakan koran pertama yang memuat berita proklamasi. Beberapa tokoh pemuda yang berjuang melalui fasilitas pers antara lain B.M. Diah, Sayuti Melik, dan Sumanang. Proklamasi kemerdekaan terhitung disebarluaskan kepada rakyat Indonesia melalui pemasangan plakat, poster, maupun coretan pada dinding tembok dan gerbong kereta api, sekiranya bersama slogan Respect Our Constitution, August 17!!! (Hormatilah Konstitusi Kami, 17 Agustus!!!). Melalui berbagai langkah dan fasilitas tersebut, akhirnya berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dapat tersebar luas di wilayah Indonesia dan di luar negeri.

Meskipun memanfaatkan banyak sarana dan alat penyebaran, sebelum saat th. 2005, pihak Belanda sebagai penjajah Indonesia tak mengakui Kemerdekaan Indonesia pada th. 1945 (de facto) melainkan th. 1949 tanggal 27 Desember sebagaimana pernyataan PBB (de jure) karena mereka berpendapat bahwa pada tahun 1945, kekuasaan di Indonesia diserahkan kepada Sekutu, bukan dibebaskan oleh Jepang. Di samping melalui fasilitas massa, berita proklamasi juga disebarkan secara langsung oleh para utusan daerah yang menghadiri sidang PPKI. Berikut ini para utusan PPKI yang turut menyebarkan berita proklamasi :
Teuku Mohammad Hassan berasal dari Aceh,
Sam Ratulangi dari Sulawesi,
Ketut Pudja berasal dari Sunda Kecil (Bali),
A. A. Hamidan berasal dari Kalimantan.
Peringatan 17 Agustus 1945
Pengibaran Bendera Sang Saka Merah Putih terhadap tiap-tiap perayaan 17 Agustus.
Setiap th. pada tanggal 17 Agustus, rakyat Indonesia merayakan Hari Proklamasi Kemerdekaan ini bersama dengan meriah. Mulai dari lomba panjat pinang, lomba makan kerupuk, hingga upacara militer di Istana Merdeka, seluruh anggota berasal dari masyarakat turut berpartisipasi bersama dengan cara masing-masing.

If you cherished this article and you would like to receive more information pertaining to kontraktor di blitar kindly take a look at the website.

Budaya Indonesia

1. Tari Kecak

Bali merupakan daerah wisata yang telah tersohor di luar negeri. Budayanya yang telah tenar yakni Tari Kecak. Tari Kecak adalah sebuah tarian yang dibawakan sebagai sendratari yang dipertunjukan massal dan terkandung unsur drama di dalamnya.

Tari ini tergolong sendratari gara-gara berasal dari keseluruhan pertunjukan akan melukiskan seni peran dari cerita pewayangan seperti tokoh Rama dan Sinta. Selain itu terhitung mempertontonkan kekebalan fisik para penarinya yang tidak terbakar api. Tari ini terhitung spesifik digunakan untuk ritual keagamaan masyarakat Hindu di Bali.

Tari Kecak memanfaatkan teriakan ‘cak cak ke cak cak ke’ sebagai musik pengiring. Oleh sebab itulah tari ini disebut Tari Kecak.

2. Tari Pendet

Selain Tari Kecak, Tari Pendet terhitung sudah mendunia. Tari Pendet adalah sebuah tarian yang dibawakan oleh seorang wanita yang dipertunjukan sebagai kegiatan pemujaan di Pura. Kini Tari Pendet berkembang jadi tari penyambutan atas turunnya Dewa ke dunia dan penyambutan untuk tamu sebagai ucapan selamat datang.

3. Tari Barong

Satu ulang tarian dari Bali yang tenar di mancanegara yakni Tari Barong. Tari Barong adalah tarian khas Bali yang udah ada sejak peradaban kebudayaan pra hindu. Tarian ini melukiskan pertarungan antara kebaikan melawan kebathilan. Barong sebagai simbol kebaikan melawan Rangda sebagai lambang kejahatan.

4. Wayang

Wayang merupakan budaya Indonesia yang telah tersohor. Bahkan Wayang telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya Indonesia terhadap tahun 2003 dan sudah dikenal luas oleh penduduk dunia. Bahkan orang asing studi wayang.

Wayang adalah seni pertunjukan yang dimainkan oleh seorang dalang bersama diiringi musik gamelan serta suara seorang pesinden. Kisah yang diceritakan didalam lakon pewayangan tentang Petruk, Semar, Bagong, dan Gareng.

5. Angklung

Angklung adalah alat musik kesenian tradisional dari Jawa Barat. Alat musik itu juga telah mendapat pernyataan dari UNESCO sebagai bagian dari World Heritage pada 19 Januari 2011. Sertifikat diserahkan mantan Duta Besar RI untuk UNESCO, Tresna Dermawan Kunaefi kepada Menteri Pendidikan Nasional selagi itu, Muhammad Nuh.

6. Keris

Keris digunakan para anggota kerajaan sebagai senjata pusaka yang dituakan. Keris adalah senjata tradisional yang diyakini mempunyai kandungan kekuatan magis. Senjata pusaka ini mendapatkan pernyataan dari UNESCO sebagai ‘Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity’ pada 25 November 2005.

Keris sudah digunakan di Indonesia sejak abad ke-9 dan terbuat dari logam. Gagang keris terbuat berasal dari tulang belulang, kayu, atau tanduk binatang.

Baca juga: Masuk ke Bunker Peninggalan Belanda di Stasiun Tanjung Priok

7. Tari Saman

Tari Saman merupakan tarian yang berasal berasal dari Gayo, Aceh. Tari ini dianggap dan masuk dalam daftar warisan budaya tak benda yang membutuhkan dukungan mendesak UNESCO pada 22-29 November 2011.

Tarian Saman menampilkan gerak tepuk tangan gerakan-gerakan lainnya tanpa ada pergeseran dan liak-liuk anggota tubuh lain dan kaki. Tari ini biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa perlu di dalam rutinitas daerah setempat. Syair di dalam Tari Saman memanfaatkan campuran bahasa Arab dan bahasa Gayo.

8. Reog Ponorogo

Reog Ponorogo merupakan budaya Indonesia yang berasal dari area Jawa Timur. Reog Ponorogo adalah salah satu kesenian tradisional yang berwujud tarian.

Dalam pementasan Reog Ponorogo tidak tersedia skenario tarian yang tentu dan paten. Biasanya seniman Reog mementaskan berdasarkan aadegan yang sudah dipelajarinya dengan tambahan gerak mengayun-ayunkan anggota kepala Reog. Pemain Reog kenakan topeng berwujud kepala singa bersama dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak. Berat mahkotanya sanggup mencapai sekitar 50-60 kilogram.

9. Sendratari Ramayana

Sendratari Ramayana adalah paduan dari pementasan tari dan drama tanpa dialog yang diangkat dari kisah pewayangan Ramayana. Sendratari ini dipentaskan terhadap tahun 1961 di Candi Prambanan terhadap th. 1961. Pementasannya berada di panggung terbuka dengan panorama Candi Prambanan.

10. Batik

Batik adalah budaya Indonesia yang tenar di mancanegara. Dulunya batik kerap dipakai sebagai busana formal. Namun kini batik juga sanggup dipakai untuk acara informal.

Batik dihasilkan dari langkah yang sangat unik yaitu menuliskan lilin panas ke atas kain manfaatkan canting.

If you cherished this article and you would like to get far more details with regards to renovasi rumah di blitar kindly visit our own web site.

Budaya Indonesia

1. Tari Kecak

Bali merupakan tempat wisata yang udah tersohor di luar negeri. Budayanya yang sudah populer yaitu Tari Kecak. Tari Kecak adalah sebuah tarian yang dibawakan sebagai sendratari yang dipertunjukan massal dan terdapat unsur drama di dalamnya.

Tari ini tergolong sendratari gara-gara dari keseluruhan pertunjukan bakal melukiskan seni peran dari cerita pewayangan layaknya tokoh Rama dan Sinta. Selain itu terhitung mempertontonkan kekebalan fisik para penarinya yang tidak terbakar api. Tari ini terhitung khusus digunakan untuk ritual keagamaan masyarakat Hindu di Bali.

Tari Kecak memanfaatkan teriakan ‘cak cak ke cak cak ke’ sebagai musik pengiring. Oleh dikarenakan itulah tari ini disebut Tari Kecak.

2. Tari Pendet

Selain Tari Kecak, Tari Pendet termasuk telah mendunia. Tari Pendet adalah sebuah tarian yang dibawakan oleh seorang wanita yang dipertunjukan sebagai kesibukan pemujaan di Pura. Kini Tari Pendet berkembang menjadi tari penyambutan atas turunnya Dewa ke dunia dan penyambutan untuk tamu sebagai ucapan selamat datang.

3. Tari Barong

Satu lagi tarian dari Bali yang populer di mancanegara yaitu Tari Barong. Tari Barong adalah tarian khas Bali yang sudah ada sejak peradaban kebudayaan pra hindu. Tarian ini melukiskan pertarungan antara kebaikan melawan kebathilan. Barong sebagai simbol kebaikan melawan Rangda sebagai simbol kejahatan.

4. Wayang

Wayang merupakan budaya Indonesia yang sudah tersohor. Bahkan Wayang udah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya Indonesia terhadap tahun 2003 dan sudah dikenal luas oleh masyarakat dunia. Bahkan orang asing studi wayang.

Wayang adalah seni pertunjukan yang dimainkan oleh seorang dalang bersama diiringi musik gamelan serta suara seorang pesinden. Kisah yang diceritakan dalam lakon pewayangan berkenaan Petruk, Semar, Bagong, dan Gareng.

5. Angklung

Angklung adalah alat musik kesenian tradisional berasal dari Jawa Barat. Alat musik itu terhitung telah mendapat pengakuan berasal dari UNESCO sebagai bagian berasal dari World Heritage pada 19 Januari 2011. Sertifikat diserahkan mantan Duta Besar RI untuk UNESCO, Tresna Dermawan Kunaefi kepada Menteri Pendidikan Nasional waktu itu, Muhammad Nuh.

6. Keris

Keris digunakan para bagian kerajaan sebagai senjata pusaka yang dituakan. Keris adalah senjata tradisional yang diyakini memiliki kandungan kekuatan magis. Senjata pusaka ini meraih pengakuan dari UNESCO sebagai ‘Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity’ pada 25 November 2005.

Keris sudah digunakan di Indonesia sejak abad ke-9 dan terbuat dari logam. Gagang keris terbuat dari tulang belulang, kayu, atau tanduk binatang.

Baca juga: Masuk ke Bunker Peninggalan Belanda di Stasiun Tanjung Priok

7. Tari Saman

Tari Saman merupakan tarian yang berasal dari Gayo, Aceh. Tari ini diakui dan masuk didalam daftar warisan budaya tak benda yang membutuhkan dukungan mendesak UNESCO pada 22-29 November 2011.

Tarian Saman menampilkan gerak tepuk tangan gerakan-gerakan lainnya tanpa ada pergeseran dan liak-liuk anggota tubuh lain dan kaki. Tari ini biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting di dalam adat area setempat. Syair dalam Tari Saman manfaatkan campuran bhs Arab dan bhs Gayo.

8. Reog Ponorogo

Reog Ponorogo merupakan budaya Indonesia yang berasal dari daerah Jawa Timur. Reog Ponorogo adalah salah satu kesenian tradisional yang berupa tarian.

Dalam pementasan Reog Ponorogo tidak ada skenario tarian yang tentu dan paten. Biasanya seniman Reog mementaskan berdasarkan aadegan yang udah dipelajarinya dengan tambahan gerak mengayun-ayunkan bagian kepala Reog. Pemain Reog Mengenakan topeng berupa kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak. Berat mahkotanya sanggup capai sekitar 50-60 kilogram.

9. Sendratari Ramayana

Sendratari Ramayana adalah kombinasi berasal dari pementasan tari dan drama tanpa dialog yang diangkat berasal dari kisah pewayangan Ramayana. Sendratari ini dipentaskan terhadap th. 1961 di Candi Prambanan terhadap tahun 1961. Pementasannya berada di panggung terbuka bersama dengan pemandangan Candi Prambanan.

10. Batik

Batik adalah budaya Indonesia yang terkenal di mancanegara. Dulunya batik kerap dipakai sebagai busana formal. Namun kini batik juga bisa dipakai untuk acara informal.

Batik dihasilkan dari langkah yang amat unik yakni menuliskan lilin panas ke atas kain memanfaatkan canting.

If you loved this short article as well as you would want to get more info relating to sewa elf jogja generously go to the web site.